M Ocha, saat mengerjakan orderan pakaian, setelah material keset kaki selesai dibuat, Selasa (7/1/2025). F-MARTUA
Laporan Martua, Batam
Perempuan setengah baya ini terlihat duduk diatas kursi, di teras rumahnya. Lampu besar, sekitar 60 Watt tergantung diteras, tepat diatas kepalanya. Ia menghadap mesin jahit. Sementara tangannya bergerak, mendorong kain kecil didepannya, mengiringi tusukan jarum mesin jahit listrik didepannya.
Perempuan bernama O Hutapea, yang biasa dipanggil M Ocha (45) itu, merupakan istri dari K Simatupang dan ibu dua anak. Menjalani kegiatan industri rumah tangga di kediamannya.
Keluarga ini ditemui di kediamannya, yang terletak ditengah barisan rumah, Blok D5, di Perum Permata Asri, Sei Beduk, Batam, Selasa (7/1/2024). Saat ditemui, ia sedang merangkai, guntingan-guntingan kain dihadapannya, dengan mesin jahit listrik.
Tidak lama kemudian, Ocha beranjak dari kursinya dan berpindah ke dekat karung ball besar disampingnya. Karung besar itu berisi sekitar 30 kg potongan kain.
Sebelumnya, ia mengambil gunting dari atas meja mesin jahit. Kemudian mengambil potongan kain dari tumpukan di dalam karung besar, disamping mesin jahit di teras rumahnya.
“Satu karung ini bisa ratusan keset kaki. Tergantung ukuran keset kaki dan kelayakan material atau bahan kain potongannya. Dipilih, karena potongan kain ini limbah industri garmen,” ungkal Ocha.
Limbah potongan kain dipilah-pilahnya. Potongan kain yang dinilai layak untuk bahan membuat keset kaki, dipindah kesamping, sebelum dipotong lebih pendek.
Ditengah kesibukannya, Ocha menjawab pertanyaan Tanjungpinang. Sesekali melempar ulang pertanyaan ke arah suaminya, seperti meminta respon untuk mendukung pernyataanya.
Kadang pertanyaan dilemparkan ke arah suaminya, K Simatupang, yang duduk didekat tumpukan potongan kain itu juga. Pertanyaan dilempar Ocha kearah suaminya, untuk mengingatkan memori, jika pertanyaan, terkait dengan angka.
“Iya kan pak? Mesin jahit yang ini, sekitar 11 juta dulu? Lebih mahal yang diruang tamu,” kata Ocha menanyakan suaminya, seperti meminta pembenaran.
Kesibukan Ocha dan suaminya sore itu, sudah berlangsung sekitar lima tahun belakangan ini. Sejak tahun 2020 lalu, Ocha merintis usaha menjahit, setelah mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).
Mereka membangun usaha mikro kecil menengah (UMKM) di tempat tinggalnya, dengan menggunakan dua mesin jahit. Satu ditempatkan diteras dan satu unit mesin jahit di ruang tamu. Kedua mesin ini memiliki fungsi yang berbeda, namun saling melengkapi. Keduanya dioperasikan Ocha secara bergantian, sesuai kebutuhan.
Kini, Ocha merupakan satu dari 940,72 ribu orang penduduk Batam, berada diusia produktif, pada tahun 2024. Dari data BPS Batam menunjukkan, dari jumlah itu, sebanyak 606,49 ribu orang atau 69,83 persen di tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK).
Dimana, sebanyak, 67,15 persen buruh, karyawan dan pegawai. Sementara, warga yang berusaha sendiri 14,95 persen, berusaha dibantu buruh tidak tetap 5,95 persen, pekerja keluarga 5,54 persen, berusaha dibantu buruh tetap 4,88 persen dan pekerja bebas 1,54 persen.
Ia juga satu dari 14,95 persen warga Batam, yang kini berusaha sendiri. Memulai usaha itu, setelah habis kontrak kerja, di perusahaan garmen, yang memproduksi pakaian tujuan ekspor di Batam Center, Batam.
Keterampilannya sebagai operator mesin jahit, diperusahaan garmen itu, menjadi modalnya di rumah. Keterampilan itu juga, yang membawanya berhubungan dengan Bank Mandiri.
Dimana, setelah habis PHK dari industri, Ocha langsung memutar otak, untuk membantu keuangan keluarga. Suaminya K Simatupang, hanya bekerja, untuk mengantar barang pedagang online. Sememtara uang PHK tidak diandalkan untuk menjadi modal usaha, karena jumlahnya kecil. Ia merupakan karyawan tetap, dengan masa kerja sedikit, atau tiga tahun.
Pilihannya, usaha menjahit setelah mendapat informasi dari suaminya, Simatupang. Ada pengusaha yang membutuhkan rekanan, pengerjaan membuat keset kaki.
Usaha rintisan ini disiapkan, untuk memanfaatkan limbah industri garmen, berupa potongan-potongan kain, menjadi Keset Kaki. Namun karena keterbatasan dana, Ocha memilih meminjam mesin jahit dari saudaranya di perumahan yang sama.
“Awalnya, kami tidak punya modal. Tidak bisa beli mesin jahit, karena uang tidak ada. Rumah juga sewa. Suami saat itu kerja serabutan. Jadi kalau ada uang, itu untuk biaya hidup dan bayar sewa rumah saja,” cerita Ocha, sambil tanggan dan matanya terpaku keatas kain dibawah mesin jahitnya.
Berangkat dari tekad mendukung keuangan keluarga dan bantuan pinjaman mesin jahit, ia menemui pengusaha, pemilik limbah industri garmen. Namun karena hanya ada satu mesin jahit, untuk dua jenis pekerjaan membuat hasil membuat keset kaki, lambat.
Ia membutuhkan dua mesin jahit yang manfaatnya berbeda, jika ingin cepat menghasilkan setiap keset kaki. Satu jenis mesin jahit yang dibutuhkan untuk obras dan satu mesin jahit keliling.
Hingga ia memberikan diri mengajukan pinjaman dana ke Bank Mandiri, sebagai modal membeli dua mesin jahit sekaligus. Pengajuan modal dilakukan setelah mendapat informasi dari tetangganya, atas program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Mandiri.
“Awalnya info dari tetangga. Kemudian, cek diinternet, ada KUR (Kredit Usaha Rakyat) di Bank Mandiri,” bebernya.
Pasangan suami istri ini mengecek informasi persyaratan di https://www.bankmandiri.co.id. KUR bisa diberikan Bank Mandiri, untuk KUR super mikro, mikro, kecil, mikro, penempatan pekerja migran Indonesia (KUR TKI) dan khusus. Dengan pinjaman mulai Rp10 juta, 15 juta, 20 juta, 25 juta, 30 juta hingga Rp500 juta.
Usaha yang dilakoni Ocha, masuk dalam penyaluran KUR diprioritaskan sebagai sektor produksi. Dimana, dalam prioritas KUR Bank Mandiri ada sektor jasa produksi. Kemudian sektor pertanian, perburuan dan kehutanan. Ada juga sektor kelautan dan perikanan, konstruksi, pertambangan garam rakyat serta pariwisata.
Kemudian, Ocha ini mengajukan pinjaman Rp25 juta, hingga disetujui Bank Mandiri. Ia juga tidak kesulitan memenuhi persyaratan pinjaman itu. Mulai KTP, surat nikah, KK, keterangan dari RT hingga Camat, foto usaha dan lainnya.
“Proses pinjaman cepat. Penting, dokumennya jelas dan saat ditinjau ke lapangan ada usaha dan tempatnya. Ini membantu kita terhindar dari rentenir,” ujar Ocha.
Tidak lama, dua mesin jahit itu tiba dan langsung digunakannya. Ia terlihat bahagia, karena sudah terbayang, pengerjaan keset kaki lebih mudah dan cepat. Sehingga ia bisa lebih produktif.
Kini, saat bahan berupa limbah, potongan-potongan kain yang cukup. Ocha bisa menghasilkan sekitar 20 sampai 30 keset kaki, per hari. Sementara untuk ukuran keset kaki itu, ada ukuran 20 x 15 cm, 20 x 30 cm dan lainnya.
“Ukuran tergantung pesanan. Pekerjaannya per hari tegantung bahan juga. Suami kadang bantu memotong bahan kain itu. Tapi sekitar 20 sampai 30 keset kaki per hari,” urai dia.
Untuk bahan baku potongan kain itu, diantar pengusaha dengan mobil pickup. Setiap hari atau satu kali dalam dua hari, diantar suaminya, kepada pengusaha pemilik bahan baku limbah kain tadi. Keset kaki itu sebagian didistribusikan ke industri-industri di Batam dan sebagian diekspor, ke Singapura dan lainnya.
Disela-sela waktunya membuat keset kaki, Ocha terkadang membuat pakaian. Terutama saat material habis, ia membuat kemeja, kaos dan celana pendek. Pakaian itu terkadang ditawarkan ke tetangga atau ke toko pakaian di sekitar Kecamatan Sei Beduk, Batam.
“Kadang juga perbaiki, mengecilkan atau memperbesar pakaian tetangga,” ungkapnya.
“Modal kami, alat mesin jahit dan listrik saja. Tapi itu modal utama. Makanya kami berterima kasih ke Bank Mandiri, jadi pekerjaan tiap keset kaki bisa lebih cepat,” ungkap Ocha.
Keset kaki yang sudah selesai dibuat dan dipindahkan ke karung di teras rumahnya, menunggu penjemputan. F-MARTUA
– Bantu Miliki Rumah Tempat Usaha
Dengan usahanya yang terus berkembang dan ekonomi keluarga mulai stabil, Ocha dan suaminya mulai berfikir, untuk memiliki rumah sendiri. Sehingga bisa lebih tenang membangun usaha.
Bersamaan dengan itu, awal tahun 2022, Ocha mendapat tawaran dari pemilik rumah yang mereka sewa dan tempati. “Pemilik rumah yang kami tempati mau jual rumah itu. Mereka nawarkan, kepada kami, untuk membeli,” cerita Ocha.
Karena merasa nyaman tinggal di rumah tipe 30 itu, ia dan suaminya tertarik membeli. Namun karena keterbatasan dana, mereka sempat ragu. Pemilik rumah itu, menawarkan untuk dibeli dengan harga Rp120 juta, sekali bayar.
Hingga mereka teringat dengan program program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bank Mandiri. Program Bank Mandiri ini, menghidupkan asa untuk dapat memiliki rumah itu.
“Kita nyaman dirumah itu. Repot juga kalau pindah-pindah dan angkat barang dan mesin jahit. Makanya milih untuk membeli rumah itu,” ujar Simatupang menimpali.
Mereka kemudian menghubungi Bank Mandiri, setelah mencari tahu lebih detail program itu di situs web Bank Mandiri. Mereka menemukan program Mandiri KPR Regular, yang dinilai cocok untuk rencana itu.
Program itu, disediakan Bank Mandiri, untuk perorangan membeli rumah baru atau rumah lama, baik melalui developer dan non developer. Program ini yang menumbuhkan asa (harapan) keluarga Ocha, untuk mengambil alih rumah yang mereka tempati itu.
Hingga tiga orang petugas dari Bank Mandiri, mendatangi rumah Ocha. Mereka meninjau kelayakan rumah itu. Selanjutnya Ocha diundang untuk ke kantor Bank Mandiri di Nagoya, Batam, bersama pemilik rumah pertama dan membawa dokumen rumah itu. Didukung pemilik pertama rumah itu, mendapatkan program Mandiri KPR, di Bank Mandiri.
“Kami kredit rumah itu ke Bank Mandiri. Jadi kami mendapat rumah secara perseorangan, non developer,” ceritanya.
Dengan demikian, rumah itu kini sertifikat rumah itu, sudah atas nama Ocha. Hanya saja, karena kredit belum dilunasi, maka sertifikat di Bank Mandiri. Terkait dengan bunga pinjaman atau KPR, ia mengaku tidak mengingat, karena mereka membayar sesuai perjanjian. Namun diakui lebih murah dan didukung proses cepat dan mudah.
“Perjanjian kita ada, tiap bulan bayar berapa. Tapi ringan dan pinjaman itu sangat membantu kita dari ekonomi kecil, untuk berusaha. Jadi sertifikat rumah, atas nama saya,” imbuhnya.
Sesuai dipublikasikan Bank Mandiri, ada sejumlah program untuk kepemilikan rumah ini. Pengajuan sebenarnya bisa juga dilakukan secara online Living KPR, sebagai salah satu aplikasi Bank Mandiri.
Disana disediakan karkulator KPR. Bisa mengajukan mandiri KPR, Mandiri KPR Top Up untuk penambahan limit kredit. Untuk penambahan kredit bisa dilakukan dengan pembayaran ansuran berjalan selama enam bulan terakhir. Program KPR ada 5, 6. 9, 10, 12, 13 sampai 15 tahun, dengan bunga mulai 3,55 persen.
“Itu tawaran-tawaran selama ini. Banyak program terkait KPR dan KUR. Ada KPR take over dan lainnya. Menggiurkan, tapi kami pilih yang ada aja dulu dijalani,” sambungnya.
Nasabah juga bisa melakukan penambahan limit kredit untuk mandiri KPR yang sudah berjalan minimal satu tahun, dengan kolektibilitas (status pembayaran angsuran) berjalan lancar selama enam bulan terakhir. Adanya tambahan limit kredit memungkinkan Anda untuk memenuhi beragam kebutuhan lain.
“Rajin-rajin saja buka aplikasi tabungan bank Mandiri dan situnya. Disitu lengkap,” katanya menimpali.
Melalui program Mandiri KPR itu, sebagai nasabah, jika kedepan butuh tambahan biaya, ia bisa menambah limit KPR ditengah pembayaran cicilan, untuk memenuhi kebutuhan lainnya. “Bunga ringan dan proses kredit di Mandiri cepat. Kami benar-benar terbantu program Bank Mandiri,” bebernya.
Dengan kemudahan mengajukan kredit rumah hingga modal usaha di Bank Mandiri, Ocha dan suaminya berharap, orderan terus meningkat. Sehingga dapat mengembangkan usahanya. “Terima kasih Bank Mandiri,” kata Ocha singkat sambil melempar senyum.
Sekda Batam, Jefridin dan tim Bank Mandiri area Batam, usai bicara layanan di RSUD Embung Fatimah Batam, Jumat (22/11/2024). F-Humas Pemko
– Perkuat Akses dan Layanan
Selain apresiasi Ocha dan nasabah Bank Mandiri yang menerima manfaat, beragam program Bank Mandiri, Pemerintah Kota Batam, mengapresiasi. Bahkan saat ini, Pemerintah Kota Batam dan Badan Pengusahaan (BP) Batam, meningkatkan kerjasama dengan Bank Mandiri.
Kerjasama itu terkait pemanfaatan produk dan jasa layanan perbankan serta jaringan, pengembangan teknologi informasi, perbankan dan keuangan serta sistem transaksi host to host sesuai prosedur yang berlaku. Termaksud mendukung layanan di RSUD Embung Fatimah, Bandara, Pelabuhan dan lainnnya.
Wali Kota Batam yang juga Kepala Badan Pengusahaan (BP) Muhammad Rudi, mengapresiasi eksistensi layanan Bank Mandiri di Batam. Khusus untuk UMKM, Rudi mengakui, salah satu kendala yang dihadapi UMKM di Batam, terkait modal usaha, selain kemasan dan pendistribusian barang.
Dengan dukungan Bank Mandiri, UMKM di Batam akan semakin banyak dan berkembang lebih besar. “Dengan kemudahan akses modal dari Bank Mandiri, kita harapkan UMKM di Batam akan semakin cepat berkembang. Jadi tidak hanya lebih menitikberatkan harapan sebagai karyawan,” harap Rudi.
Setiap berbagai kesempatan, Rudi selalu mendorong pengembangan UMKM di Batam. Hingga pertumbuhan UMKM di Batam, tertinggi di Provinsi Kepri.
UMKM milik Ocha, hanya satu dari 81.486 UMKM di Batam. Dimana UMKM itu diharapkan Rudi, dapat terus berkembang dengan dukungan perbankan. Sesuai data Online Data Sistem (ODS) di Kementerian Koperasi dan UKM RI, tahun 2020 saja, ada 81.486 UMKM di Batam.
Jumlah itu terbanyak dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Kepri, setelah Tanjungpinang 19.857unit, 121 unit di Kabupaten Anambas, 3.052 unit di Lingga, 356 unit di Natuna, 1.107 unit di Bintan, dan 373 unit di Karimun.
Rudi berharap, Bank Mandiri akan terus memberikan kemudahan akses modal UMKM Batam. Untuk peningkatan kualitas produk UMKM, Pemko Batam akan mendukung melalui pelatihan. Seperti pelatihan teknis, peningkatan kualitas produk, hingga manajemen.
Saat ini di Batam, sudah tersedia Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM), dikawasan Golden Prawn Bengkong Laut, Batam. Disiapkan lima orang tenaga pendamping KUMKM, dibidang sumber daya manusia (SDM), bidang produksi, pemasaran dan bidang pembiayaan.
“Sehingga pertumbuhan UMKM dan ekonomi masyarakat Batam, bisa lebih baik. Bank Mandiri patut menjadi refrensi masyarakat, dalam mengembangkan usaha,” kata Rudi.
Pengembangan UMKM di Kepri agar terus didukung perbankan seperti Bank Mandiri, didukung Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kepri, Adidoyo Prakoso. Ia mengapresiasi dukungan perbankan lewat UMKM.
Dukungan perbankan termaksud Bank Mandiri terhadap UMKM, dicerminkan data yang dimiliki BI Kepri. Secara spasial, penyaluran kredit di Provinsi Kepri, masih terkonsentrasi di Batam. Jumlah kredit pada triwulan III 2024 sebesar Rp55,61 triliun dengan pangsa 77,01 persen dari total kredit di Provinsi Kepri.
“Kondisi tersebut sejalan dengan peran Kota Batam sebagai pusat ekonomi di Provinsi Kepri yang memiliki pangsa sekitar 60 persen dalam PDRB Kepri,” ujar Adidoyono.
Penyaluran kredit terbesar kedua berlokasi di Kota Tanjungpinang dengan pangsa 10,37 persen dari total kredit atau sebesar Rp7,42 triliun, diikuti Kabupaten Karimun dengan pangsa 5,61 persen dari total kredit atau sebesar Rp4,01 triliun.
“Pembiayaan inklusif sebagai penyediaan dana yang diberikan bank untuk UMKM, Korporasi UMKM, dan/atau Perorangan Berpenghasilan Rendah (PBR), kita apresiasi,” imbihnya mengakhiri.***