Yayasan Pendidikan Bodhi Dharma Gelar Pameran Retrospektik Relic Buddha di Hotel Sydney Batam

Batam – Yayasan Pendidikan Buddha Dharma mengadakan pameran retrospektif relik Buddha. Acara ini merupakan kesempatan langka bagi masyarakat untuk menyaksikan dan merasakan kehadiran bendabenda suci yang memiliki makna historis dan spiritual yang mendalam.

Pada acara yang berlangsung, Jumat (5/7/2024) sampai Minggu (7/7/2024) di Hotel Sydney Batam Centre itu, ikut berpartisipasi, Yayasan Bodhi Marga, International Business Association, Vihara Avalokitesvara Graha. Perwakilan dari kementrian keagamaan dan beberapa tokoh agama turut hadir di acara yang bermakna ini.

Ketua Umum IBA, Shan Shan mengungkapkan, acara memberi tampilan, sekilas Pameran Relic lalu, yang pernah diadakan oleh Yayasan Pendidikan Bodhi Dharma di beberapa negara. “Memberi pengalaman dan wawasan kepada penonton terhadap asal mula dan makna relics,” katanya.

Benda suci relic kali ini dibawa secara langsung oleh pengurus Yayasan Pendidikan Bodhi Dharma dari Taiwan dengan instruksi secara langsung dari penemu Jin Gang Shan Bhikkhu Tsih Tsung Yang. Asal Mula Relik Buddha dan Relik Lainnya Relik Buddha adalah sisa-sisa fisik atau benda-benda yang berkaitan dengan Buddha Gautama atau tokoh-tokoh besar dalam sejarah Buddhisme.

“Relik ini sering kali berbentuk bagian tubuh seperti gigi, tulang, atau abu kremasi. Selain itu, relik juga bisa berupa barangbarang yang pernah digunakan oleh Buddha atau biksu besar lainnya, seperti pakaian, alat makan, atau benda keagamaan lainnya,” jelasnya.

Dibeberkan, asal mula relik Buddha dimulai setelah wafatnya Buddha Gautama sekitar tahun 483 SM. Menurut tradisi, jasad Buddha dikremasi dan reliknya dibagikan kepada delapan kerajaan serta dua kelompok Brahmana. Relik ini kemudian disimpan dalam stupa-stupa yang dibangun sebagai tempat penghormatan.

Relik lain yang akan dipamerkan juga termasuk relik dari para biksu dan tokoh spiritual terkemuka lainnya. Benda-benda ini dihormati sebagai simbol kebijaksanaan, keberanian, dan keteguhan dalam menjalani kehidupan spiritual.

Turut hadir dalam acara ini adalah tamu Ibunda Vincent Tan dari Berjaya Group, yang telah mengikuti lebih dari 90 acara Ritus Pembebasan Air dan Tanah. Kehadirannya memberikan inspirasi dan dorongan semangat bagi semua peserta yang hadir dalam pameran ini.

“Kita hidup harus banyak berderma, semakin banyak kita diberi makan semakin banyak kita harus berbagi. Berbuat baiklah dan berderma dalam bentuk apapun sesuai dengan kemampuan kita, kasih yang kita limpahkan selalu akan kembali berlimpah juga kepada kita,” harapnya.

Acara Ritus Pembebasan Air dan Tanah adalah salah satu upacara keagamaan paling penting dalam tradisi Buddhisme Tiongkok. Upacara ini pertama kali diadakan pada masa Dinasti Liang (502-557 M) oleh Kaisar Wu dari Liang, yang bertujuan untuk memohon berkat dan keselamatan bagi semua makhluk hidup di air dan di darat.

Upacara ini melibatkan berbagai ritual dan persembahan yang dilakukan selama beberapa hari, termasuk pembacaan sutra, penyalaan lilin, dan pemberian persembahan kepada rohroh yang membutuhkan.

“Tujuan utama dari Ritus Pembebasan Air dan Tanah adalah untuk membersihkan karma buruk, mengirimkan berkat kepada semua makhluk, dan mempromosikan perdamaian dan kebahagiaan di dunia. Masyarakat diajak untuk datang dan berpartisipasi dalam pameran relik ini,” urainya.

Acara ini tidak hanya akan memperkaya pengetahuan spiritual. Tetapi juga memberikan kesempatan untuk menyaksikan dan menghormati benda-benda suci yang memiliki nilai sejarah dan keagamaan yang tinggi.

“Selain itu pengunjung diharapkan bisa merasakan kebesaran spiritual dari relik-relik Buddha serta mendalami makna dan kebijaksanaan yang terkandung di dalamnya. IBA turut serta menyukseskan pameran ini dengan harapan kebudayaan ini bisa dirasakan umat buddha di Indonesia,” imbuh Shan Shan.***