Batam – Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan mempererat sinergi dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah). Sinergitas itu diharapkan untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran 3,0±1% pada 2023 dan 2,5±1% pada 2024.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjoyo usai Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (23/11/2023) di Jakarta mengatakan, pihaknya terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023.
“Saat ini, inflasi tetap rendah dan terjaga dalam kisaran sasaran 3,0±1%. Inflasi IHK Oktober 2023 terkendali pada 2,56% (yoy), meskipun sedikit lebih tinggi dari level bulan sebelumnya sebesar 2,28% (yoy),” kata Perry.
Diakui Perry, inflasi inti tercatat sebesar 1,91% (yoy), menurun dari bulan sebelumnya sebesar 2,00% (yoy), sebagai hasil dari konsistensi kebijakan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar Rupiah oleh Bank Indonesia.
“Inflasi kelompok volatile food tetap terjaga sebesar 5,54% (yoy), sejalan dengan eratnya sinergi pengendalian inflasi antara BI dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam TPIP dan TPID melalui penguatan GNPIP di berbagai daerah,” ungkapnya.
Menurut dia, inflasi kelompok administered prices tercatat 2,12% (yoy), sedikit meningkat dari level bulan sebelumnya sebesar 1,99% (yoy). Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati sejumlah risiko yang dapat mengganggu terkendalinya inflasi, termasuk dampak tingginya harga energi global, harga pangan domestik, dan tekanan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap imported inflation.
Sementara untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia, diperkirakan tetap kuat. Didukung oleh permintaan domestik. Kinerja ekonomi triwulan III 2023 tumbuh sebesar 4,94% (yoy). Kondisi itu ditopang oleh kuatnya konsumsi rumah tangga dan meningkatnya investasi di tengah turunnya konsumsi Pemerintah dan kinerja ekspor. Pertumbuhan juga didukung oleh kinerja positif sebagian besar Lapangan Usaha (LU).
“Terutama LU Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran, serta Konstruksi. Secara spasial, seluruh wilayah masih tumbuh kuat, tertinggi di wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua). Pertumbuhan ekonomi diprakirakan tetap baik pada triwulan IV 2023, tecermin pada beberapa indikator dini seperti keyakinan konsumen, ekspektasi penghasilan, dan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur,” jelasnya.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan dalam kisaran 4,5-5,3%. Sementara Pertumbuhan ekonomi 2024 diprakirakan meningkat didorong oleh tetap baiknya keyakinan konsumen, positifnya pengaruh pelaksanaan Pemilu, dan berlanjutnya pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN).
“Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap sehat sehingga mendukung terjaganya stabilitas eksternal. Defisit NPI pada triwulan III 2023 tercatat rendah, yaitu 1,5 miliar dolar AS, jauh lebih rendah dari defisit triwulan sebelumnya sebesar 7,4 miliar dolar AS. Penurunan defisit didukung oleh lebih besarnya surplus neraca perdagangan dan lebih rendahnya defisit neraca modal dan finansial, di tengah ketidakpastian perekonomian global,” imbuh Perry.***