BATAM – Kinerja industri fintech peer-to-peer (P2P) lending di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) terus tumbuh. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap pertumbuhan yang terjadi tiap tahun Perkembangan perusahaan pembiayaan di Kepulauan Riau menunjukkan pertumbuhan yang positif tercermin dari meningkatnya nilai piutang pembiayaan menjadi sebesar Rp4,772 triliun atau 33,15% (yoy) pada posisi Juni 2023.
Disebutkan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Kepri, Rony Ukurta Barus, Sabtu (5/8/2023), portofolio kredit UMKM terbagi menjadi kredit Kecil dengan total penyaluran kredit sebesar Rp4,46 Triliun atau 40,7%. Kemudian, kredit Menengah sebesar Rp3,53 Triliun atau sebesar 32,2% dan kredit Mikro sebesar Rp2,97 Triliun, dari total kredit UMKM.
Dimana, portofolio kredit UMKM terbagi menjadi kredit Menengah dengan total penyaluran kredit sebesar Rp1,63 Triliun (43,1%). Kredit Kecil sebesar Rp1,39 Triliun (36,8%) dan kredit Mikro sebesar Rp767 Miliar (20,2%) dari total kredit UMKM. Sektor Ekonomi dengan penyaluran kredit terbesar adalah Bukan Lapangan Usaha – Rumah Tangga dengan penyaluran sebesar Rp2,41 Triliun.
“Di ikuti dengan Perdagangan Besar dan Eceran sebesar Rp932 Miliar, Konstruksi sebesar Rp815 Miliar, Real Estate sebesar Rp724 Miliar dan Bukan Lapangan Usaha – Lainnya sebesar Rp524 Miliar,” bebernya.
Disisi lain, Kinerja Pergadaian Swasta posisi Mei 2023 mengalami peningkatan yang signifikan pada pinjaman yang disalurkan sebesar Rp1,199 triliun atau 6.548,79% (yoy). Lonjakan tersebut dikarenakan bertambahnya jumlah perusahaan gadai swasta.
“Dimana sampai Mei 2023 terdapat 11 perusahaan gadai swasta yang berkantor pusat di Kepri dan portofolio didominasi oleh penyaluran uang pinjaman berdasarkan hukum fidusia,” imbuhnya.
Sementara Kepala Departemen Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK, Triyono, Sabtu (5/8/2013) mengatakan, pertumbuhan Industri Fintech P2P Lending ini terus bertumbuh. “Pada periode pandemi di saat beberapa Industri jasa keuangan lainya terdampak pandemi,” kata Triyono.
Bahkan pada April 2020, pihaknya mencatat Industri Fintech P2P Lending pulih relatif sangat cepat sejak kuartal III 2020 dan terus bertumbuh hingga saat ini.
“Dari 102 penyelenggara, outstanding pendanaan P2P lending per Juni 2023 saja diketahui mencapai Rp52,70 triliun dengan TWP90 sebesar 3,29 persen,” jelasnya.
Dan pasca-diterbitkan POJK 10/2022, tambahnya, OJK lebih menekankan pada penguatan kualitas industri fintech P2P lending.
“Dalam jangka panjang, layanan fintech P2P lending semakin aman, nyaman, tumbuh secara berkelanjutan, dan stabil,” tegasnya.
Triyono juga menambahkan bahwa fintech P2P Lending juga diketahui telah mengisi pendanaan untuk sektor produktif dan UMKM yang terkendala akses kredit dari pelaku jasa keuangan.
Hal ini bisa dilihat pada kontribusi produktif dari fintech lending, dimana rata-rata penyaluran pendanaan bulanan P2P lending sebesar Rp18,82 triliun selama 6 bulan terakhir sepanjang tahun 2023.
“Sementara dukungan Industri P2P Lending kepada UMKM pada Juni 2023 diketahui total penyaluran pendanaan industri sebesar Rp19,31 triliun dan sebesar Rp6,91 triliun (35,80 persen) yang disalurkan kepada sektor produktif termasuk UMKM,” tegasnya.
Bahkan pihaknya mencatat, sepanjang tahun 2023 (hingga Juni 2023), P2P lending telah menyalurkan pendanaan kepada sektor produktif sebesar Rp43,01 triliun atau 38,09% dari total penyaluran pendanaan industri.
“Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran P2P Lending turut mendorong sektor produktif dan UMKM. Dan menjadi alternatif pendanaan bagi UMKM yang tergolong underserved dan unbankable,” terangnya lagi.(mbb)