Kualitas Diuji HK Saat Kapal Tanker Menabrak
Jembatan Batam, Rempang dan Galang (Barelang) kini menjadi simbol atau brand Batam. Jembatan itu juga sebagai penghubung perkotaan dengan pesisir dan menambah laju pertumbuhan ekonomi.
Laporan – Martua P Butarbutar, Batam
PT Hutama Karya mengambil peran dalam pembangunan jembatan megah dan kokoh itu dengan teknologi tinggi, sekitar 23 tahun silam. kemampuan tenaga ahli Indonesia. Karena pembangunan konstruksi yang sangat rumit itu berhasil dilakukan tanpa tenaga ahli asing (luar negeri). Kini, jembatan tersebut mempercepat geliat Mereka membangunnya dengan 100 persen tenaga ahli Indonesia.
Jembatan itu brand kemajuan teknologi konstruksi, sekaligus kemampuan tenaga ahli Indonesia. Karena pembangunan kontruksi yang sangat rumit itu, berhasil dilakukan tanpa tenaga ahli asing (luar negeri).
Kini, jembatan tersebut mempercepat geliat ekonomi Batam, jadi destinasi wisata, memperlancar arus orang dan barang hingga ke pulau-pulau.
Akses gugusan pulau didekat Pulau Batam itu, kini sudah terbuka, lewat rangkaian enam jembatan yang dibangun sejak tahun 1992 sampai 1998. Jembatan Barelang digagas BJ Habibie saat menjadi Ketua Otorita Batam (OB). Peresmian juga dilakukan BJ Habibie, namun saat sudah menjadi Presiden RI.
Satu dari enam rangkaian jembatan yang menghubungkan pulau-pulau sekitar Batam itu, dibangun PT Hutama Karya (HK). Jembatan Barelang itu yang kemudian, menjadi icon baik dalam dunia pemerintahan hingga pariwisata Batam.
Kehadiran Jembatan Barelang juga menjadi kebanggaan Batam. Menjadi bagian simbol objek pariwisata Batam. Tidak hanya itu, Jembatan Barelang menjadi simbol kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dalam bidang kontruksi.
Pulau Galang sendiri, dapat dijangkau, setelah melewati lima dari enam rangkaian Jembatan Barelang. Dimana, dari Batam dengan menggunakan motor atau mobil, dari Batam, melewati Jembatan I Barelang, ke Pulau Tonton.
Kemudian, dari Pulau Tonton, menyusuri jalan aspal, melewati Jembatan II Barelang, yang dibangun Hutama Karya, menuju Pulau Nipah. Selanjutnya, akan melewati Jembatan III dari Pulau Nipah, menuju Pulau Setoko. Kemudian perjalanan akan ditempuh dengan melewati Jembatan IV, dari Pulau Setoko ke Pulau Rempang.
Baru kemudian, dia akan melanjutkan perjalanan dari Pulau Rempang, dengan melewati Jembatan V, menuju Pulau Galang, sebagai tempat orang tuanya tinggal. Jembatan VI, yang menghubungkan Pulau Galang dengan Pulau Galang Baru, akan ditempuhnya, jika hendak makan di seafood.
Rangkaian pulau-pulau itu sudah tersambung dengan jembatan dan aspal mulus. Inilah yang dilakukan Bobi (29), warga Kecamatan Galang, Batam. Setiap hari Sabtu dan Minggu, Bobi selalu menelusuri lima dari enam rangkaian Jembatan Barelang.
“Memang jauh, tapi saya menikmati perjalanan. Tidak perlu khawatir setiap melewati jembatan, karena jembatan besar dan kokoh,” kata Bobi kepada Tanjungpinang Pos, Sabtu (25/7).
Bobi saat ini bekerja di Batam. Satu kali satu minggu, kembali ke kampungnya di Galang. Orang tua dan saudara-saudaranya, saat ini masih tinggal di Pulau Galang, sebagai nelayan dan petani. Hasil nelayan dan petani, termaksud saudaranya di pulau-pulau hiterland, yang disambungkan jembatan itu, yang dibawa ke Batam.
Soal transportasi untuk memasarkan ikan dan hasil pertanian itu, sudah lancar. Mereka memanfaatkan jembatan hasil karya anak bangsa bersama Hutama Karya dan perusahaan lainnya itu, dari pulau ke kota. Setiap saat, dengan mudah mereka membawa hasil pertanian dan perikanan, untuk dipasarkan di Batam.
“Sekarang sudah mudah. Orang kampung sudah bisa tiap hari di pasar kaget (pasar sore) dipinggir jalan di Tembesi (di Pulau Batam dekat Jembatan I). Tidak ada lagi kendala akses,” beber pria alumni Universitas Gajah Mada (UGM) ini.
Dengan dukungan akses jalan yang disambungkan jembatan Barelang, ekonomi masyarakat Rempang, Galang, Galang Baru dan sekitarnya, terangkat. Hotel, resort dan restoran seafood juga sudah berdiri di pulau-pulau itu.
Di pulau-pulau itu juga sudah berdiri Balai Perikanan Budidaya Laut Batam, Pangkalan Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDK), Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Batam.
Membangun Tanpa Tenaga Ahli Luar Negeri
Penelusuran Tanjungpinang Pos dari data Badan Pengusahaan (BP) Batam, diketahui kiprah HK di Batam, sudah sejak lama. Dari hasil karya HK di Batam, yang menonjol, selain Jembatan Barelang, ada gedung Bida Badan Pengusahaan (BP), yang saat itu bernama Otorita Batam.
Bagi warga Batam, mendengar nama Hutama Karya, bukan hal baru. Pembangunan fisik yang dilakukan HK di Batam, sudah cukup banyak. Baik pelabuhan hingga jembatan Barelang, yang menjadi icon Batam.
Momen membanggakan bagi warga Batam, saat pembangunan Jembatan Barelang tidak ditampik Direktur Infrastruktur Kawasan Badan Pengusahaan (BP) Batam, Imam Bahroni. Lebih istimewa lagi bagi Imam, karena Jembatan Barelang, dibangun tanpa melibatkan tenaga ahli luar negeri.
Pembangunan dilakukan sekitar enam tahun atau dari tahun 1992 sampai 1998. Dinilai, Jembatan Barelang menjadi pilot project berteknologi tinggi, dengan tenaga ahli Indonesia. Selama proses pengerjaan, mulai perencanaan, pembangunan hingga selesai, tidak melibatkan tenaga ahli luar negeri. Sehingga, Imam menilai jika peresmian jembatan itu sangat monumental.
“Karena dibangun dengan memberdayaan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Sumber daya manusia (SDM) yang membangun jembatan itu, merupakan insiniur-insiniur andal Indonesia,” kata Imam kepada Tanjungpinang Pos, Minggu (26/7).
Imam membeberkan, enam jembatan ini dibangun dengan menggunakan anggaran sebesar Rp400 miliar. Jembatan itu juga dibangun, tidak dengan teknologi semodern saat ini.
Hutama Karya yang terlibat dalam pembangunan itu, juga dinilai sebagai kontraktor infrastruktur berpengalaman dengan SDM yang mumpuni. Mereka tidak pernah ragu dengan kemampuan HK, termaksud kualitas hasil pengerjaan.
“HK selalu menghasilkan produk proyek fisik yang berkualitas. Kualitas itu tidak pernah kita ragukan,” tegas Imam.
Dalam perjalanan pembangunan Batam, terutama untuk proyek besar dan ikonik, Batam sebagai daerah investasi industri dan pariwisata, tidak bisa lepas dari HK. Peran HK di Batam sangat signifikan, jika dilihat dari dampak ekonomi jangka panjang.
“Jembatan Barelang itu ikonik. HK mengambil peran disana. Terutama untuk Jembatan II Barelang. Mereka menggunakan single box girder. Jembatan Barelang kini infrastruktur utama, pendukung ekonomi masyarakat hiterland” beber Imam.
HK mengambil peran, membangun Jembatan II Barelang, dari enam jembatan di hiterland Batam. Jembatan I atau Teungku Fisabilillah, menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Tonton. Jembatan itu, menggunakam konstruksi cable stay pertama di Indonesia.
Pembangunan dimulai tahun 1993 saat Prof Ing BJ Habibie masih menjabat Ketua Otorita Batam (BP Batam). Pembanguna selesai tahun 1997. Kemudian, Jembatan II Barelang dengan nama, Jembatan Nara Singa II, dikerjakan PT Hutama Karya. HK membangun jembatan balance cantilever box gierder, single box terpanjang di Indonesia. Panjangnya 420 meter dan lebar 18 meter. Jembatan ini menghubungkan Pulau Tonton dan Pulau Nipah dan selesai pada 31 Mei 1997.
Selain jembatan II yang dibangun HK, ada juga Jembatan III, IV, V dan VI, yang perusahaan dalam negeri lainnya. Dimana, Jembatan III atau Jembatan Raja Ali Haji, merupakan jembatan dengan tipe segmental concrete box girder dengan tipe pondasi abutment daselesai pada 31 Maret 1996. Jembatan ini menghubungkan, Pulau Pulau Nipah dengan Pulau Setoko.
Kemudian, Jembatan IV Barelang atau Jembatan Sultan Zainal Abidin. Jembatan ini menghubungkan Pulau Setoko dan Pulau Rempang. Kemudian, Jembatan V atau Jembatan Tuanku Tambusai. Jembatan ini menghubungkan Pulau Rempang dan Pulau Galang. Serta Jembatan VI atau Jembatan Raja Kecil, menghubungkan Pulau Galang dan Pulau Galang Baru.
Secara keseluruhan, panjang enam jembatan ini adalah 2.264 meter dan jalan sepanjang 53,65 km. Dengan desain, pelaksanaan pembangunan dan pengawasannya, dilakukan langsung putra-putri Indonesia. Menjadi salah satu moment pembuktian kemampuan SDM Indonesia. Pembangunan yang melibatkan Hutama Karya, juga memberdayakan tenaga lokal.
Pembangunan jembatan dan jalan Trans Barelang disiapkan untuk memberikan dampak pada percepatan pengembangan dan pertumbuhan ekonomi Barelang secara keseluruhan. Dimana, Jembatan Barelang dibangun, di daerah yang berhadapan langsung dengan Malaysia dan Singapura.
Ditabrak Tanker, Jembatan II Tetap Kokoh

Kini, jembatan-jembatan itu yang juga saat ini digunakan sebagai akses menuju Rumah Sakit Khusus (RSK) Galang. Rumah sakit yang dibangun dan difungsikan untuk menangani pasien tertular virus Corona (Covid-19), dibangun pemerintah pusat. Dan saat ini dikelola TNI.
“Kualitas jembatan yang dibangun HK, tidak pernah kami khawatirkan. Kami nyaman dan tenang melintas diatasnya,” sambung Bobi.
Keyakinan itu semakin kuat, saat kualitas hasil kerja Hutama Karya, saat secara tidak langsung diuji. Tepatnya, 23 Januari 2019 lalu atau sekitar 22 tahun setelah dibangun, kualitas jembatan diuji kapal tanker berbendera Mongolia.
Saat itu Jembatan Barelang II yang dibangun Hutama Karya, ditabrak tanker Eastern Glory. Kapal tanker Eastern Glory, berbobot 4.5OO GT. Kapal menabrak jembatan II, karena terbawa arus yang kuat, saat hendak keluar dari dermaga pelabuhan Pertamina, di depan jembatan II Barelang.
Kapal tanker yang menabrak jembatan yang dibangun Hutama Karya itu, memiliki panjang 131 meter dan lebar 17 meter. Hasil investigasi yang melibatkan tim ahli dari Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ini, menemukan ada kerusakan pada fondasi tiang jembatan dan box gearder badan jembatan.
Walau ada kerusakan, namun Jembatan Barelang II, tetap beroperasi. Sejak ditabrak hingga perbaikan pondasi jembatan selesai, lalu lintas kendaraan diatas jembatan, tetap berjalan. Tidak ada penutupan secara total terhadap lalu lintas jalan.
“Saat pengerjaan perbaikan, lalu lintas lancar, walau menggunakan setengah ruas jalan. Ruas jalan diatas jembatan luas, jadi tidak ada kendala,” kata Kasubdit Pembangunan Jalan, Jembatan dan Transportasi Massal BP Batam, Boy Zasmita.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Batam, Udin P Sihaloho, tidak menampik kualitas produk HK. Kualitas bangunan jembatan yang kuat dan kokoh, membuat warga nyaman melintas, sambil memandang kearah laut Selat Malaka.
“Tiap saat warga lewat dengan tenang. Tidak pernah khawatir, karena kalau dibangun HK, bagus. Kita lihat saja jembatan, kita nyaman disekitarnya” imbuh Udin.
Bertanggungjawab Saat Pemeliharaan
Nilai positif yang menonjol dan menjadi daya tarik, untuk membangun kerjasama dengan HK, dinilai terkait dengan pertanggungjawaban atas tugas. Direktur Pembangunan Prasarana dan Sarana, BP Batam, Purnomo Andiantono mengatakan, HK merupakan perusahaan dengan kualitas pengerjaan fisik yang baik.
Tidak hanya kualitas mulai perencanaan, pembangunan dan hasil pembangunan, yang selalu ditunjukkan HK sebagai karya terbaik. Namun juga komitmen HK setelah pembangunan selesai. HK dinilai sebagai perusahaan, yang bertanggungjawab dalam masa pemeliharaan.
Masa pemeliharaan dinilai menjadi satu keunggulan HK, karena terkait dengan kesempurnaan proyek pengerjaan. “BUMN HK tidak hanya punya standard yang tinggi, untuk kualitas pekerjaan. Juga bertanggungjawab dalam masa pemeliharaan. Cepat tanggap gitu. Kalau buat owner, yang penting, juga masa pemeliharaan,” beber Purnomo Andiantono kepada Tanjungpinang Pos, Minggu (26/7).
Pentingnya keterlibatan HK diakui, karena pengalaman atas pengerjaan fisik dengan skala besar. Terlebih, industri dan pariwisata masih terus berbenah. Sehingga, bagi Batam, kemampuan HK membangun gedung Bida I (Gedung BP), Jembatan Barelang, dan perhotelan di Batam, menjadi jaminan.
“HK itu jaminan mutu pembangunan fisik dan bertanggungjawab hingga pemeliharaan,” bebernya.
Andi menilai, kelemahan banyak kontraktor, ada pada masa pemeliharaan. “Kontraktor yang kurang profesional, kadang cuek dengan masa pemeliharaan. Kalau HK, mereka tanggap terhadap masalah, selama masa pemeliharaan. Tidak main kabur,” tegasnya.
Beberapa bulan sebelum meninggal dunia, April 2019, Habibie saat berkunjung ke Batam, menyatakan salah satu alasannya dibalik pembangunan Jembatan Barelang. Habibie ingin membuka konektivitas antar pulau dan bisa dimanfaatkan masyarakat industri Batam.
Pembangunan Jembatan Barelang yang melibatkan HK, menggunakan teknologi terbaik saat itu. “Saat itu, saya menekankan, Batam harus dibangun dengan SDM yang produktivitas tinggi, berdaya saing tinggi, mengikuti teknologi. Jembatan Barelang, simbol kemampuan teknologi dan SDM Indonesia dibidang kontruksi,” beber Habibie mengakhiri.
Atas sumbangan pembangunan yang dilakukan HK di Indonesia, Direktur Human Capital & Pengembangan Hutama Karya, Putut Ariwibowo, tidak menampik. Diakui, HK merupakan salah satu perusahaan konstruksi yang paling krusial dalam pengembangan infrastruktur di tanah air saat ini.
“Hutama Karya dijanjikan, akan terus berkembang dan optimis menjadi lebih baik di tahun 2020,” ujarnya.
Monumental Saat Gedung BP Selesai
Walau Jembatan Barelang menjadi ikon Batam, namun bagi Direktur Infrastruktur Kawasan Badan Pengusahaan (BP) Batam, Imam Bahroni, yang paling monumental, saat kantor berlantai 9 dibangun Hutama Karya, di Batam Centre.
Bangunan berlantai sembilan itu, merupakan kantor Otorita Batam (OB) sebelum berganti nama menjadi BP Batam itu. “Banyak proyek-proyek yang dikerjakan PT Hutama Karya di Batam. Tapi yang paling monumental, Gedung Bida Utama,” ungkapnya.
Bagi dia, pembangunan gedung itu dilakukan HK, dengan arsitektur Melayu mordern. “Rumah panggung (gedung utama) dengan sampan (Marketing Centre) bersandar di depan rumah,” beber Imam.
Pembangunan lain yang dilakukan HK dan kini sudah dinikmati masyarakat hasilnya, Pelabuhan Telaga Punggur. Pelabuhan domestik, ini dibangun untuk menjembatani lalulintas masyarakat yang hendak menggunakan kapal ke Pulau Bintan (Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang).
Per hari, sekitar 4ribu orang warga menggunakan pelabuhan dengan luas bangunan 4.600 meter persegi dilantai satu. Untuk luas lantai dua dan lantai tiga, masing-masing 3.031 meter persegi. Pembangunan yang dilakukan HK ini selesai akhir tahun 2016.
Fasilitas dipelabuhan yang sudah digunakan untuk areal keberangkatan, kedatangan, areal kedatangan calon penumpang dan kawasan penjualan tiket. Kedepan sebagaimana ditargetkan BP Batam, lantai tiga akan digunakan untuk pemasaran produk seperti halnya fungsi mal.
Sebagai BUMN terkemuka, HK membuktikan kemampuan, melalui penyelesaian proyek yang dikerjakan, secara berkualitas. Hingga kemudian, bukan hal baru bagi HK untuk menerima penghargaan. Dengan dukungan SDM berkualitas, inovasi untuk menghasilkan solusi, dan penerapan teknologi unggul, mampu dihadirkan Hutama Karya di era Industri 4.0. HK menjadi salah satu pelopor dan Inovator.
Kontribusi HK itu kemudian melahirkan sejumlah apresiasi. Sebagaimana dilansir www.hutamakarya.com , penghargaan diterima tahun 2020 ini, PT Hutama Karya (Persero) menyabet beberapa kategori penghargaan pada ajang Indonesia Construction Safety Awards 2019.
Sebelumnya, HK juga meraih penghargaan The Best State Owned Enterprise Award pada ajang Indonesia Awards 2019. Hutama Karya menerima penghargaan, sebagai BUMN Terbaik 2019, di bidang non keuangan dengan kategori konstruksi dan jasa konstruksi, dengan aset besar.
Menunggu Proyek Tol Dimulai
Kiprah HK ini juga tidak ditampik, Wali Kota sekaligus Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, HM Rudi, juga sangat familiar dengan HK. Bahkan saat menyampaikan rencanakan pembangunan jalan tol di Batam, dengan gembira,. Rudi mengungkapkwn rencana pembangunan, oleh HK.
Saat itu, virus corona (covid-19) belum menyerang Indonesia. Sehingga ekonomi masih stabil. Rudi menyampaikan persetujuan pemerintah pusat, untuk pembangunan jalan tol di Batam dan akan dilakukan HK.
“Sudah disetujui pemerintah pusat, pembangunan jalan tol sepanjang 25 kilometer di Batam. Rencana pembangunan yang akan dilakukan HK,” ungkap Rudi dengan bangga.
Pengalaman atas pembangunan yang sudah dilakukan HK, membuat Wali Kota, yang juga Kepala BP Batam, HM Rudi gembira atas kabar dari Jakarta, awal tahun 2020. Saat itu, Rudi mengungkapkan progres rencana pembangunan jalan tol di Batam.
Kepala Satuan Kerja (Satker) Pelaksana Jalan Nasional (PJN) 1 Kepri, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Endry Z Djamal membeberkan, progres rencana itu. Dimana, jalan tol dari bandara Hang Nadim ke kawasan industri di Mukakuning dan Pelabuhan Kontainer Batuampar, akan dibangun bertahap.
Jalan tol di Batam dalam program strategis pemerintah pusat, sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 56 Tahun 2018, belum memberkan kepastian waktu mulai pembangunan. Namun untuk fly over yang beberapa kali tertunda, direncanakan mulai tahun 2020.
Perpres itu sebagai perubahan Perpres 3 tahun 2016, tentang percepatan proyek strategis nasional, disebutkan jika perubahan sudah melalui kajian dari Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur. Proyek strategis nasional, diantaranya, jalan tol Batuampar-Mukakuning-Bandara Hang Nadim, sepanjang 25 km, sebagai bagian dari trans Sumatera.
“Mudah-mudahan dapat segera mewujudkan pembangunan jalan tol di Batam. Sudah ditugaskan pak Jokowi (Presiden) ke Menteri PUPR melalui PT Hutama Karya (HK). Tol Batam segera dibangun,” kata Wali Kota, yang sekaligus Kepala BP Batam, HM Rudi.
Jalan tol diharap Rudi, dapat memudahkan investor. Sehingga barang yang masuk pelabuhan bebas hambatan. Kelancaran lalu lintas barang ke kawasan industri dan pelabuhan serta bandara, dapat membantu industri, masyarakat dan wisatawan.
Jalan tol diyakini akan mengurai kemacetan saat jam masuk kerja dan pulang kerja di Batam. Jalan tol akan membuat wisatawan dan dunia investasi lebih menarik di Batam. Diyakini Rudi, jalan macet membuat wisman malas keluar hotel untuk belanja. Termaksud malas berjalan kaki, walau tempat belanja dekat dari hotel dan restoran di kota MICE (meeting, incentive, conference and exhibtieon) Batam.
“Ibarat rumah, jika didandani tentu orang rajin datang. Kalau kota cantik orang akan datang. Datang bukan hanya karena event tapi karena melihat keindahan kota,” kata Rudi optimis.
Optimisme itu juga didukung Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Kepri, Andika. Andika juga mendukung langkah Pemko Batam mengembangkan parawisata, sangat tepat, dengan membangun akses jalan.
Dengan jalan tol menghubungkan Bandara Hang Nadim, Pelabuhan Kontainer Batuampar dan Kawasan Industri Mukakuning, akan mengurai kemacetan. Sehingga memberikan kenyamanan bagi wisatawan saat berkunjung ke Batam.
“Pembangunan jalan untuk pariwisata, sudah tepat. Tapi kita harapkan juga insentif untuk pelaku usaha kepariwisataan, untuk mendongkrak kunjungan wisman,” harap Andika.