Tak terasa, sudah lebih dari sebulan, para pemain sepak bola pelajar Kepri binaan, PPLPD, dirumahkan. Namun, mereka selalu diawasi dan diingatkan sang pelatih, agar tetap menjalani latihan secara mandiri.
TANJUNGPINANG – DUA puluhan skuat PPLPD Kepri cabor sepak bola sejogianya dipersiapkan untuk menghadapi Kejurnas sepak bola pelajar tahun 2020. Namun, skuat tim tuan rumah ini harus menjalani latihan mandiri di rumah masing-masing, akibat pandemi virus korona (Covid-19), sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Meski liburan di rumah masing-masing, para pemain diberikan ’PR’ oleh sang pelatih. Baik dari Kas Hartadi, Sapto Nugroho maupun Iwan dan Ardana. Justru itu, skuat pelajar Kepri ini menjalani latihan secara virtual, dan selalu update kegiatan latihan masing-masing di Instagram-nya.
Sapto Nugroho mengatakan, pihaknya selalu memantau kegiatan para anak asuhnya. Terutama dalam melaksanakan latihan mandiri, setiap hari.
”Saya selalu mengingatkan dan menyuruh anakanak, agar menjaga kondisi fisik, dengan cara melaksanakan latihan setiap hari. Walaupun dalam batas sedang. Bukan latihan
berat,” sebut Sapto Nugroho, Selasa (21/4) kemarin.
Kemudian, lanjut Sapto, para masing-masing pemain juga diminta untuk menjaga sentuhan bola atau yang biasa disebut feeling ball atau ball feeling. Ball feeling ini merupakan teknik yang paling mendasar dalam permainan sepak bola yang harus dikuasai oleh setiap pemain.
”Tujuan dari latihan ball feeling adalah untuk melatih rasa, atau sentuhan kaki dan bagian tubuh lainnya terhadap bola. Sehingga pemain tetap reflek dalam sentuhan untuk menguasai bola. Jadi intinya, jaga fisik dan feeling ball,” jelas Sapto.
Latihan Mandiri Selama menjalani latihan mandiri pada masa pandemi virus korona, para pemain sepak bola dianjurkan melaksanakan latihan pada pagi hari, dan di tempat yang tersinar matahari. Dari penelitian, virus Covid-19 lemah di dalam aerosol dari sinar matahari.
Dikutip dari Daily Star, riset yang dilakukan oleh peneliti di University of Aix-Marseille, Perancis mengungkapkan, telah melakukan tes yang berkaitan dengan suhu panas. Virus yang menempel di tubuh hewan monyet, di tempatkan di dua lingkungan yakni bersih dan kotor dengan suhu panas yang sama.
Hasilnya, paparan suhu panas tak begitu memengaruhi proses mematikan virus. Monyet tersebut masih terbukti terinfeksi virus tersebut meski telah dibiarkan di ruangan dengan suhu panas.
”Virus dapat dibunuh di dalam aerosol dari sinar matahari. Artinya, tanpa paparan sinar matahari langsung, tak terlihat adanya tanda-tanda virus yang hilang selama observasi 60 menit,” tulis peneliti.
Meski begitu, para peneliti masih berharap besar akan suhu hangat di musim panas yang mungkin dapat meredakan penyebaran virus korona ini. Walau tak langsung mematikan, setidaknya peneliti berharap paparan sinar matahari dapat melemahkan virus dan perlahan membuatnya tak berfungsi.
”Harapan kami itu bukan artinya bahwa suhu panas langsung membuat virus mati dan kalian bebas berkeliaran. Kami bukan mengatakan itu, tapi maksud kami adalah mencoba mengaitkan antara suhu dengan virus itu,” ujar peneliti MIT, Qasim Bukhari. (fre)