Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji (FIKP-UMRAH), kini telah memiliki formula Hand Sanitizer bernama Sea Almond Spray.
TANJUNGPINANG – Meningkatnya penyebaran wabah Covid-19 yang signifikan, tentunya secara global berpengaruh terhadap tingkat kecemasan warga negara di Indonesia terhadap penyebaran virus itu khusunya Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Dekan di FIKP sekaligus Calon Rektor UMRAH, Prof. Dr. Agung Dhamar Syakti, S.Pi, DEA mengatakan, untuk saat ini ia telah memproduksi sekitar 25 botol ukuran kecil.
Bahkan, hasil racikannya telah ia gunakan sendiri untuk ujicoba. Namun, hingga saat ini UMRAH bersedia memproduksi lebih banyak.
Hanya saja, pihaknya masih menunggu arahan dari Rektor UMRAH Prof. Dr. Syafsir Akhlus, M.Sc. Selain itu, juga menunggu ketersediaan bahan seperti alkohol.
”Benar. Kita produksi hand sanitizer diberi nama Sea Almod Spray (SAS). Jadi kita telah memiliki formulanya saja. Tetapi belum diproduksi masal,” singkat Prof. Dr. Agung Dhamar Syakti, Minggu (22/3).
Berdasarkan informasi yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) salah satu media penyebaran Covid-19 yakni bersentuhan langsung antar tangan manusia, dengan media atau benda yang telah terpapar virus Covid-19.
Berdasarkan saran dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) itu, salah satunya pencegahnya adalah rutin membersihkan tangan dengan hand sanitizer atau mencuci dengan sabun mengandung antiseptik. Mengetahui hal tersebut sontak memicu masyarakat, untuk membeli hand sanitizer dipasaran secara berlebihan.
Bahkan kini sangat langka, dan sulit didapatkan. ”SAS hand sanitizer ini, campuran zatnya adalah alkohol akhir 2,5 hingg 5 persen, karena 95 persennya air. Zat aktif utamanya adalah ekstrak daun ketapang. Sebagaimana yang diketahui, bahwa daun ketapang ini mengandung flavonoid, tannin sampai squalene. Kandungan itu mampu memecah membran sel bakteri atau pembungkus virus. Sebab, Alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, phenolic, glycoside, dan alkane hydrocarbons sangat berpotensi mendisrupsi membran sel bakteri. Nah, pada daun ketapang terkandung 20 persenan bahan tersebut,” terang Prof. Dr. Agung Dhamar Syakti.
Selain itu, keunggulannya adalah dapat dibuat secara homemade khususnya di Kepri dimana pohon ketapang tersebar luas.
Sementara, daun yang digunakan adalah daun ketapang kering yang sudah gugur.
”Tidak hanya itu, yang lebih penting kita tidak perlu risau dengan kendala kelangkaan bahan yang 100 persen industrial sebagaimana bahan dasar hand sanitizer pada umumnya yakni alkohol (hampir 96,5 persen, Glicerol dan Hidrogen Peroxida),” tutup Agung Dhamar Syakti, Ph.D bidang Kimia Analitik dari Universitas Aix Marseille, Perancis itu. (ADLY ‘BARA’ HANANI)