Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, HM Rudi mendorong agar pembukaan distribusi air dari Dam Tembesi ke Dam Mukakuning atau Duriangkang, bisa dilakukan segera. Sehingga krisis air akibat curah hujan yang rendah, dapat diatasi. Untuk pembangunan pipa, BP Batam akan menanggung biayanya.
BATAM – Demikian disampaikan HM Rudi, Jumat (13/3) di Batam. ”Saya lebih fokus pada pembukaan jalur air dari Tembesi ke Duriangkang. Kalau rationing, bisa 3 bulan lebih. Mudah-mudahan, pengerjaan saluran air ini bisa segera selesai. Air Dam Tembesi sudah siap pakai,” tegas Rudi.
Pada kesempatan itu, jelang rationing yang direncanakan mulai 15 Maret 2020, Rudi menghimbau agar masyarakat dan pelaku usaha di Batam, menghemat air. Selain itu, diharapkan juga agar hujan bisa segera turun.
”Yang jelas, kita berusaha penggunaan air hemat supaya bisa dipakai sampai seterusnya,” himbau Rudi.
Sementara PT Adhya Tirta Batam (ATB) mengaku, berupaya memberikan layanan terbaik di tengah keterbatasan sumber air baku. Namun demikian, potensi krisis air baku harus tetap menjadi perhatian utama pemerintah. ATB pun mengaku sangat menyadari pentingnya melakukan berbagai upaya untuk turut serta menjaga ketersediaan air baku.
”Penggiliran bukan sesuatu yang menyenangkan. Tidak hanya kepada pelanggan yang terkena dampaknya. Bagi ATB, penggiliran ini sesuatu yang sangat menyakitkan,” kata Presiden Direktur PT Adhya Tirta Batam (ATB), Benny Andrianto.
Rudi mengatakan, Waduk Duriangkang menanggung beban 80 persen seluruh pelanggan di Kota Batam. Artinya, jika Waduk Duriangkang mengalmi tumbang maka tidak ada lagi sumber air yang bisa menggantikan. Tidak ada subsitusinya.
”Sulit sebenarnya bagi saya menjelaskan ini semua, tentang penggiliran. Karena kami sebenarnya adalah Dampak dari keterbatasannya air baku. Jika air bakunya melimpah. Maka tidak akan mungkin kita lakukan penggiliran,” jelasnya.
Disampaikan, ketersediaan air baku di Waduk Duriangkang saat ini sudah berada di level minus 3,15 meter, hingga tanggal 10 Maret lalu. Dimana batas maksimalnya minus 5 meter. Dan apabila penyusutan berkurang 3 cm setiap harinya, maka ketersediaan air baku diprediksi hanya bisa bertahan untuk 60 hari ke depan atau paling lama 90 hari atau 3 bulan.
”Penting dipahami, Waduk Duriangkang merupakan Dam yang menyuplai kebutuhan air 80 persen untuk 225.909 pelanggan,” tegasnya.
ATB telah menyiapkan pilihan dalam skema rationing. Di mana, setiap minggu, selama dua hari, air tidak mengalir dan lima hari mengalir. Skema yang disiapkan, penghentian supply air akan dilakukan di selang waktu, Kamis dan Minggu. Sedangkan Senin, Selasa, Rabu, Jumat, dan Sabtu air akan kembali menyala.
Pilihan lain, penghentian pasokan air akan dilakukan di waktu yang berurutan yaitu Sabtu dan Minggu. Sehingga selama lima hari berturut-turut air akan menyala. ”Dari simulasinya, yang baik itu mati berurutan,” imbuhnya. (MARTUA)