Tak Berkategori  

Bukan Juara, Tapi Membutuhkan Berlatih Teknik yang Benar

HAKIKAT PEMBINAAN DAN KOMPETISI SSB DI MATA IWAN PPLP

Sekolah Sepak Bola (SSB) untuk pembinaan usia dini di Tanjungpinang dan Bintan, semakin menggeliat. Seiring dengan maraknya kompetisi untuk kelompok usia dini. Tapi, begini lho hakikatnya antara pembinaan dan kompetisi di level SSB, di mata Iwan PPLP.

TANJUNGPINANG – SEBELUM tahun 2017, mungkin hanya satu wadah yang menjadi pusat pembinaan sepak bola, bagi usia dini di Kota Tanjungpinang. Maksudnya, yang punya lembaga hukum dan menjalankan pembinaan rutin. Saat itu berbentuk Lembaga Pendidikan Sepak Bola (LPSB) Karya Muda. Sementara, di Kota Batam sudah ada puluhan SSB. Sedangkan di Bintan, baru bisa dihitung dengan lima jari.

Klub PSTS Tanjungpinang bangkit, tim sepak bola 757 Kepri Jaya FC pun hadir. Kompetisi liga sepak bola Indonesia di Provinsi Kepri berjalan, tak samarsamar lagi. Insan pecinta sepak bola yang semula awam dengan regulasi, secara perlahan sudah mulai tahu. Bahkan, ada yang sudah merasa lebih paham.

Seiring tahun 2017 ini pula, PPLPD cabor sepak bola Provinsi Kepri berdiri. Maklum, ketika itu, H Nurdin Basirun masih menjabat aktif sebagai Gubernur Kepri. Pembinaan usia dini melalui PPLPD dan kompetisi liga Indonesia di Provinsi Kepri ’berlari kencang’.

Di Tanjungpinang, hadir SSB Bina Bintang Muda (BBM) 757 Kepri. Nurdin sangat berharap, SSB ini bisa melahirkan pemain sepak bola yang profesional. Hasrat itu bukan cuma mimpi, yang hilang ketika terbangun dari tidur. Tapi terbukti, anak Kepri Fatur Adam Setiawan binaan PPLPD Kepri, masuk timnas pelajar Indonesia (2019).

Kini, sudah banyak SSB di Tanjungpinang, yang melakukan pembinaan anak usia dini. Masing-masing anak punya cita-cita, ingin menjadi pemain hebat. Tak terkecuali, cita-cita sang anak juga menjadi keinginan orangtuanya. Sehingga, SSB di Provinsi Kepri mulai bersaing di kompetisi kelompok umur. Baik kompetisi berjenjang, maupun kompetisi yang dilaksanakan dalam momen tertentu.

Dalam mengikuti kompetisi ini, secara spontan akan muncul tekanan mental yang ditanamkan kepada tim SSB, maupun si pemain. Untuk membuktikan kehebatannya, satu kalimat yang sering terlontar ”harus juara”. Jika itu yang tertanam, segala upaya akan dilakukan. Termasuk saling meminjam pemain antar-SSB.

Padahal, pelatih sepak bola Danurwindo yang pernah melatih timnas Indonesia menilai, saling meminjam pemain di Sekolah Sepak Bola (SSB) saat turnamen, adalah praktik buruk.

”Tidak usah pinjam pemain, buat apa. Itu kan pasti tujuan untuk menjuarai turnamen. Kalau mau juara tak perlu pakai pembinaan,” ujar Danur seperti dikutip dari Tribun, di Hotel Barito, Bandung, belum lama ini.

Menurutnya, dalih untuk memberikan jam terbang kepada pemain harusnya menjadi tanggung jawab SSB tempat pemain itu bernaung.

”Lebih baik jika ada latihan dan banyak pertandingan sebagai bahan evaluasi (dari SSB itu sendiri,” katanya.

Memenangi laga atau turnamen, ucap Danur memang bagus, tapi bukan hal paling pokok. Yang terpenting adalah mengembangkan kemampuan siswa-siswa namun banyak pelatih usia dini melenceng dari tujuan utama SSB ini.

”(Lionel) Messi dan (Andreas) Iniesta saat U12, 13, dan 14 tahun, timnya sering kalah tapi sesudah 19 dan 20 tahun, mereka jadi pemain hebat,” ujar mantan pelatih Persija Jakarta itu.

SSB mesti ditangani para pelatih yang berkualitas. Bukan saja soal memiliki lisensi kepelatihan tapi juga tentang cara membangun SSB. Pelatih harus bisa membuat perencanaan, pimpin latihan, tahu proses latihan, mampu menganalisis kesalahan pemain dan memperbaiki kesalahan itu.

Jika para pelatih SSB itu mempunyai bekal kualitas seperti itu, ucap Danur, sepak bola Indonesia bakal maju. Selain itu, masalah pengembangan usia dini itu bukan semata kesalahan pengelolah SSB itu sendiri, melainkan juga dari federasi.

Pendapat Danur juga dibenarkan oleh asisten pelatih PPLPD cabor sepak bola Kepri, Iwan. Menurut Iwan, ketika usia pemain masih di bawah 12 tahun, terkadang ada pelatih maupun manajemen SSB yang memaksa anak memiliki fisik yang kuat, dan taktik bermain yang bagus. Tapi, itu hanya untuk memenuhi ambisi dan hasrat pelatih serta orangtua sang anak untuk menjadi juara.

”Saat mereka masih belia, yang mereka butuhkan itu bukan juaranya. Tapi, mereka membutuhkan berlatih teknik yang benar. Saya rasa, itu hakikat antara pembinaan dan kompetisi di kalangan SSB,” tutur pria yang biasa disapa Iwan PPLP tersebut.

”Ya, kita bangga dengan maraknya SSB di Kepri, seperti saat ini. Semoga tujuan kita memiliki tim dan pemain di kasta tertinggi liga Indonesia, bisa terwujud untuk beberapa musim ke depan,” sambungnya. (fre)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *