Soerya Respationo tak mempermasalahkan Plt Gubernur Kepri Isdianto maju sendiri di Pilkada 2020. Cuma Isdianto tak jujur mengatakan itu ke Soerya.
BATAM – SOERYA TAK PERSOALKAN Isdianto yang memilih jalan sendiri. dan Tapi ia menyayangkan, sikap Isdianto yang sebelum menjabat Wagub, rajin datang untuk meminta dukungan PDIP, tapi sekarang tidak datang untuk memberitahukan rencananya maju tanpa PDIP di Pilkada Kepri nanti.
”Apa yang diungkapkan Isdianto ini menunjukkan sudah mulai tumbuh jiwa tidak jujur. Artinya dia itu memilih untuk tidak bersama saya di Pilkada kepri, dia berkeinginan menjadi calon gubernur,” kata Soerya Respationo menjawab wartawan, Sabtu (29/2) di Taman Duta Mas, Batam.
Soerya menyayangkan, Isdianto tidak menyampaikan secara langsung. Padahal sebelumnya mereka selalu bersama.
”Seorang pimpinan, harusnya satunya kata dengan perbuatan. Saya akan apresiasi, kalau dia terus terang dan datang untuk permisi. Tapi beliau menyampaikan ke Pak Jumaga Nadeak (Ketua DPRD Kepri/Bendahara PDIP Kepri). Harusnya datang dan berkata dengan jujur ke saya. Jangan pamit seperti itu,” ujar mantan Wagub Kepri ini.
Diakui Soerya, pernyataan Isdianto melalui media hari itu, tidak benar. Di mana, alasan Isdianto berpisah dengan Soerya, bukan karena tidak didaftarkan di DPP PDIP. Namun karena ingin maju sebagai calon Gubernur. Pernyataan itu disebut Soerya, sekaligus untuk mengklarifikasi pernyataan Ahars Sulaiman sebagai timnya Isdianto.
”Alasan dia berpisah dengan saya, bukan seperti dikemukakan Ahars Sulaiman. Bukan tidak didaftarkan di DPP PDIP. Dengan pernyataan itu, mematahkan apa yang disampaikan Ahars. Tidak tahu apa-apa tapi seperti mengetahui semua. Jadi sudah muncul ketidakjujuran. Ia tidak berpasangan dengan saya karena samasama mau Cagub,” bebernya lagi.
Menurut Soerya, jika Isdianto maju jadi calon Gubernur, merupakan hak politiknya. Pernyataan Isdianto untuk maju di Cagub, juga menjawab teka-teki terkait pasangan ini.
”Tapi dia tidak menyampaikan sama saya. Dia bilang bersahabat dan menyampaikan jasa saya dan partai, menjadikannya Wagub. Tapi tidak menyampaikan ke saya,” sesal Soerya.
Menurut Soerya, Isdianto juga yang meminta untuk tidak ditinggalkan di Pilkada mendatang. Permintaan itu termasuk disampaikan Isdianto ke Soerya sendiri. Disampaikan juga di internal PDIP, di hadapan Sekjen PDIP, DPP PDI dan di hadapan rekanrekan Isdianto yang lainnya.
“Beliau (Isdianto, red) bilang di sini, tetap bersahabat dengan saya. Oke, saya juga senang bersahabat. Terus dia bilang jasa-jasa kita dalam mengantarkannya sebagai wakil gubernur. Tapi substansinya bukan itu. Substansinya adalah, bahwa dia yang menggebugebu meminta kepada saya, untuk jangan ditinggalkan dalam Pilkada 2020, untuk mendampingi saya sebagai calon Wakil Gubernur. Itu substansinya. Dia yang minta,” jelas Soerya.
Alasan itu juga diakui yang menyebabkan, Soerya dan Isdianto selalu bersama mendaftar di partai politik. Di mana, mereka mendaftar bersama untuk maju di Pilkada Kepri, melalui PKB, Gerindra, Hanura, PDIP lainnya.
“Kami mendaftar sebagai paket. Dan Isdianto selalu hadir saat daftar bersama,” cetusnya.Menjawab wartawan, Soerya menceritakan sekilas, perjalanan Isdianto bersama PDIP.
Menurutnya, dia membantu Isdianto jadi Wagub, karena sudah mendatangi Parpol pemilik kursi di DPRD Kepri. Namun komunikasi yang terjalin tidak memuaskan.
”Yang bersangkutan sudah berusaha kemanamana, tapi tidak mulus. Sementara dia sudah berhenti jadi PNS. Sehingga berkali-kali ke sini (Duta Mas). Berkali-kali juga ke makam istri dan melakukan pendekatan dengan saya,” cerita Soerya.
Karena itu, Soerya membantu dan melakukan lobi ke semua partai dan fraksi. Dengan berbagai diskusi dan keterangan dan pemahaman, akhirnya disepakati oleh fraksi untuk mengajukan Isdianto ke paripurna, hingga kemudian Isdianto terpilih.
”Yang saya lobi bukan hanya partai pendukung saya (saat Pilkada Kepri tahun 2015, Partai adalah PKS, PDIP dan Golkar). Tapi partai yang mengusung Pak Nurdin Basirun yang saya lobi. Jadi dua kubu saya lobi untuk memperjuangkan Isdianto,” ungkap Soerya.
Perjuangan itu juga diakui tidak dilalui dengan mudah. Bahkan, Isdianto bisa datang dua kali dalam satu hari, ke kediaman Soerya, sebelum menjadi Wagub.
”Sekarang jadi lain. Saya ingin datang tampak muka dan pulang tampak punggung. Tapi beliau tidak nampak,” ujarnya.(mbb)