KIJANG – Anggota dewan dari Komisi II dan Komisi III DPRD Bintan menyoroti manajemen tentang pengelolaan usaha pabrik es di Pasar Barek Motor Kijang. Pasalnya, usaha yang dikelola Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) ini tekor, pendapatan masih kurang untuk biaya operasionalnya.
Pabrik es di Kijang ini dikelola oleh HNSI Kabupaten Bintan, sejak mulai berdiri, sejak beberapa tahun lalu. Pabrik es ini dibangun pemerintah, agar nelayan di wilayah Bintan Timur, Mantang dan Bintan Pesisir mendapat es dengan harga murah.
”Cuma ironisnya, kok pihak pengelola menyatakan usaha pabrik es ini tekor. Meski sampai sekarang tetap jalan,” kata Muttaqin Yaser, anggota Komisi II bidang perikanan dan perusda DPRD Bintan, Rabu (15/1) kemarin.
Dewan Bintan sudah meninjau dan melakukan dialog dengan pihak pengelola, HNSI Kabupaten Bintan. Dari penjelasan pengelola, usaha pabrik es tekor karena pembelian dari nelayan tidak menentu. Jumlah pembelian es, di bawah produksi.
Seperti es balok, produksi per hari mencapai 10 ton per hari. Sementara, nelayan yang membeli hanya 8 ton. Kemudian, untuk es jenis kristal, produksi per hari sebanyak 5 ton. Sedangkan pembelian dari nelayan berkisar 4 ton. Apalagi pada musim angin utara ini, pembelian es berkurang. Sehingga, biaya operasional lebih besar dibandingkan hasil penjualan.
”Tapi, kami menyarankan, agar dalam pengelolaan pabrik es ini, yang terpenting adalah transparan. Sehingga, manajemen lebih jelas, dan tidak menimbulkan kecurigaan dari anggota lainnya,” saran Muttaqin.
”Untuk usaha, tentu harus disesuai dengan permintaan pasar. Atau manajemen pemasarannya yang perlu dibenahi,” tutupnya. (fre)