JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim belum mengetahui perkiraan besaran anggaran pelaksanaan Asesment Kompetensi Minimum sebagai pengganti Ujian Nasional (UN) tahun 2021.
Namun demikian Nadiem menyebut jumlah anggaran nantinya tidak akan melebihi anggaran ujian nasional.
”Ada mispersepsi, dengan asesmen akan mengurangi biaya. Orang tesnya sama kok di dalam komputer. Apapun biaya tes komputer ya sama saja,” tutur Nadiem di Kemendikbud, Senayan, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Hanya saja, pendiri aplikasi Gojek itu memprediksi tidak ada selisih yang signifikan antara asesmen dengan ujian nasional.
”Tapi ngerti ya, prosesnya sama dengan UN. Anak-anak tetap harus dibawa ke komputer,” kata Nadiem.
Nadiem juga menjelaskan bahwa Asesmen Kompetensi Minimum nantinya tidak akan menilai siswa, melainkan untuk menilai sekolah. Nantinya sekolah dengan nilai asesmen rendah akan dievaluasi dan diprioritaskan untuk diberikan bantuan lebih.
Ditemui pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud Totok Suprayitno menjelaskan penilaian yang dimaksud Nadiem nantinya akan berbentuk seperti rapor untuk sekolah.
”Diagnostik kekurangan di mana, kelebihan di mana. Lalu bagaimana mengatasi kekurangan, itu detail,” tuturnya.
Mengenai mekanisme perbaikannya, kata Totok, Kemendikbud menyerahkan mandat tersebut ke sekolah.
”Jadi asesmen memberikan cermin saja, apa yang kurang di sekolahnya,” jelasnya.
Nadiem Makarim mengumumkan Ujian Nasional (UN) akan dihapus pada 2021. Dia menyebut Ujian Nasional yang selama ini menjadi salah satu standar kelulusan siswa akan dilaksanakan terakhir kali pada 2020.
Nadiem mengungkapkan beberapa pertimbangan untuk mengganti sistem Ujian Nasional dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter. Hal yang paling utama, karena ujian nasional selama ini dinilai banyak bermasalah. (net)