MBS. PDAM, kami sudah mengajukan pengaduan pelanggan dijanjikan ternyata sampai saat ini belum juga dikerjakan. usaha warung kopi tidak bisa buka karena tidak ada air. Masih banyak perumahan yang belum dapat air bersih.
082288925333
Manfaatkan Sumber Air Lingga
Mbs kepada yth gubernur kepri, mohon atasi krisis air bersih bagi warga Tanjungpinang dan apa langkah jangka panjang. kenapa tidak beli bahan baku air dari daerah yang banyak sumber air seperti Lingga untuk diangkut menggunakan tongkang dan selanjutnya dikelola oleh pdam gesek, mohon tindak lanjutnya pak, tks
08127746945
Tanggapan :
Pemprov dan pemerintah pusat merencanakan pembangunan Waduk Busung di Bintan merupakan jawaban kebutuhan air hingga 15-20 tahun ke depan. Karena itu, pembangunan Dam Busung masuk dalam proyek prioritas Presiden RI, Joko Widodo.
Inilah alternatif terbaik yang bisa diambil pemerintah. Karena itu, Dam Busung masuk kategori project majorly di UU Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Dam Busung merupakan harapan masa depan warga Bintan, Tanjungpinang dan tidak tertutup kemungkinan Batam.
Dari hasil studi kelayakan atau Feasibility Study (FS) yang dilakukan Balai Wilayah Sungai (BWS) 4 Sumatera, Waduk Busung bisa memproduksi air baku 2.500 liter per detik. Sumber lain menyebutkan, waduk ini bisa memproduksi air hingga 4.000 liter per detik.
Jika asumsinya 1 liter per detik bisa melayani 80 rumah tangga, maka Waduk Busung nantinya bisa melayani 200 ribu hingga 320 ribu pelanggan.
Kondisi saat ini, beberapa waduk di Bintan dan Tanjungpinang seperti Waduk Kawal, Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) Tanjungpinang, Waduk Gesek, Waduk Sei Pulai, Waduk Sei Enam dan waduk lainnya belum bisa memenuhi kebutuhan air masyarakat.
Terbukti, daftar tunggu (waiting list) calon pelanggan PDAM Tirta Kepri mencapai ribuan. Air baku di waduk yang ada belum bisa memenuhi permintaan pelanggan tersebut. Terlebih saat musim kemarau, kondisi air bersih makin parah. Sehingga banyak masyarakat yang tidak kebagian air.
Jika hanya berharap dengan waduk saat ini, maka kekurangan air bersih akan terjadi setiap saat. Pemerintah pun mengambil langkah untuk menyediakan stok air baku sebelum kondisinya makin buruk. Waduk Busung lah jawabannya.
Air kebutuhan utama. Air kebutuhan pokok. Tiap hari dipakai. Tiap hari dibutuhkan. Makanya harus kita siapkan. Kalau tidak dari sekarang, kondisi ke depannya akan semakin parah. Sekarang aja masih kekurangan, apalagi 15-20 tahun yang akan datang.
Terlebih Pulau Bintan, pertumbuhan penduduknya sangat cepat. Lima tahun lalu, penduduk Tanjungpinang sekitar 180 ribu jiwa. Saat ini sekitar 260 hingga 270 ribu jiwa. Maka, 10-20 tahun ke depan, jumlah ini akan bertambah hingga seratusan ribu jiwa.
Dari mana air bersihnya kalau tidak kita siapkan dari sekarang? Makanya, langkah pemerintah menjadikan Waduk Busung proyek prioritas lima tahun ke depan. Ini akan dibangun.
Waduk Busung menjadi pilihan utama untuk dibangun karena beberapa faktor. Pertama, lokasinya strategis, kedua curah hujan di Bintan setiap tahun tinggi berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG), dan arealnya luas.
Berdasarkan hasil rakor Pemprov Kepri, Pemkab Bintan dan BWS 4, tidak ada masalah secara teknis dan pembiayaan tentang pembangunan waduk ini. Problem yang muncul adalah tanah, kebun dan rumah penduduk yang harus dibebaskan.
Pengertian masyarakat yang kena imbasnya nanti sangat diperlukan. Karena ada misi besar, misi kemanusiaan dalam proyek ini, yakni menyediakan kebutuhan air untuk ratusan ribu jiwa penduduk.
Karena areal genangannya nanti sangat luas, maka, banyak pemukiman penduduk, kebun, usaha dan tanah warga yang harus dibebaskan.
Masih dari hasil studi kelayakan itu, diperkirakan butuh anggaran Rp200 miliar untuk biaya kerohiman atau ganti rugi atau pembebasan nanti.
Disinilah peran pemerintah daerah untuk sharing dana dalam pembebasan lahan tersebut. Pemprov Kepri dan Pemkab Bintan akan sharing anggaran. Sedangkan biaya membangun nanti dari APBN.
Warga sudah lama tinggal disana. Punya kebun. Punya rumah. Tak mungkin kita rendam rumah mereka tanpa ada solusi. Makanya. Itu yang harus dibebaskan nanti. Sehingga mereka bisa melanjutkan kembali kehidupannya,” ungkapnya lagi.
Ditambahkan Naharuddin, di RPJMN 2020-2024, ada empat proyek stategis di Kepri yang akan dibangun dengan APBN, swasta dan pendanaan lain. Totalnya Rp28,4 triliun.
Keempat proyek strategis tersebut adalah, Jembatan Batam Bintan (Babin), lanjutan pembangunan jalan lintas barat di Bintan, lanjutan pembangunan pelabuhan kontainer Tanjungmoco Dompak dan pembangunan Dam Busung.
Secara teknis, kata dia, waduk akan dibangun dengan membendung laut. Sehingga menjadi satu danau buatan yang sangat luas dengan areal genangan air ribuan hektare.
Semua air tawar baik dari sungai-sungai kecil, dari gunung dan air hujan akan tertampung di waduk ini. Sehingga, air laut yang ada di waduk akan keluar melalui katup yang sudah dipasang di bawah bendungan itu.
Air hujan itu berkat dari Allah. Harus kita manfaatkan untuk kehidupan masyarakat banyak. Kalau tidak ditampung, air hujan akan mengalir begitu saja ke laut dan terbuang sia-sia. Makanya, waduk inilah nanti yang menampungnya. Air itulah nanti yang akan dikelola menjadi air bersih,” terangnya.
Diperkirakan, waduk ini sudah rampung dibangun tahun 2024 nanti. Namun, masih butuh beberapa tahun lagi agar airnya bisa diolah menjadi air bersih. Sebab, air laut harus keluar semua dari waduk dan ini butuh proses yang lama.
Secara teori, air laut akan keluar sendiri dari pipa atau katup yang dipasang di bawah bendungan. Karena massa jenis air laut lebih ringan dari air tawar, maka, makin banyak air tawar yang masuk ke waduk, makin banyak juga air laut yang keluar dari katup tersebut.
Sehingga, lama kelamaan air laut akan habis, tinggallah air tawar. Inilah air baku yang akan diolah melalui IPA (Instalasi Pengelolaan Air) menjadi air bersih untuk selanjutnya disalurkan melalui pipa-pipa yang ada ke pelanggan.
Naharuddin mengatakan, dengan dibangunnya nanti Jembatan Babin, maka Bintan dan Tanjungpinang akan semakin pesat perkembangannya.
Jumlah penduduknya akan melejit. Semua ini berdampak juga pada pembangunan lain. Makin banyak penduduk, maka makin banyak juga kebutuhan rumah, ruko, sekolah, tempat ibadah, berbagai jenis usaha, industri, pasar dan lainnya. Semua ini membutuhkan air yang sangat banyak.
Akan muncul persoalan besar apabila tidak disiapkan air baku dari sekarang. Kebutuhan pokok manusia seperti air, listrik, komunikassi belum semuanya tuntas di Pulau Bintan. Air persoalan yang masih terjadi karena kekurangan stok air baku.
Sekitar lima tahun yang lalu, jelasnya, persoalan listrik masih terjadi di Pulau Bintan. Saat itu masih kekurangan daya 38 MW terutama pada malam dan siang hari.
Kini, persoakan tersebut sudah tuntas. Interkoneksi listrik Pulau Bintan dan Pulau Batam melalui kabel bawah laut telah menyelesaikan persoalan itu. Daya listrik 55 MW dari Batam disalurkan ke Pulau Bintan melalui kabel laut.
Daya listrik ini diproduksi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjungkasam Punggur Batam. Dari 110 total daya produksi PLTU tersebut, separuhnya disalurkan ke Pulau Bintan. Kini, daya listrik di Pulau Bintan sudah berlimpah. Sehingga, semua masyarakat, pelaku usaha yang membutuhkan listrik sudah terlayani dengan baik. Demikian juga dengan telekomunikasi sudah bagus. Tinggal persoalan air bersih yang harus dituntaskan.
Pak N, panggilan Naharudin mengungkapkan, pemerintah sangat serius menangani persoalan air bersih ini. Karena itu, sangat diharapkan pengertian masyarakat yang kena dampak pembangunan Waduk Busung nanti. (mas)
Naharuddin
Kepala Brenlitbang Pemprov Kepri,