TANJUGNPINANG – Penyair Abdul Kadir Ibrahim (53) yang akrab dengan nama Akib meraih anugerah atau penghargaan Kepemimpinan Adat dan Warisan Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) 2019 atas jasa dan sumbangan pemartabatan dan memperkasakan warisan peradaban (khasnya literasi, bahasa, sastra dan budaya) di Rumpun Melayu.
Penghargaan diserahkan langsung oleh Presiden DMDI Tan Sri Mohd Ali Rustam di dalam acara puncak sempena Konvensyen DMDI ke-20 di the Sultan Hotel, Jakarta, Sabtu (23/11) lalu.
Sebelumnya, Akib yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Pemko Tanjungpinang, Oktober lalu, juga menerima penghargaan Anugrah Jembia Emas 2019 yang ditaja Yayasan Jembia Emas.
Pada 22 Oktober 2019 lalu, AKIB juga menerima hadiah dan penghargaan atas buku kumpulan puisinya ”Jikalau Laut Dinyalakan” menjadi buku kumpulan puisi Pemenang pilihan nasional pada Sayembara buku puisi Hari Puisi Indonesia 2019. Ini yang ditaja Yayasan Hari Puisi Indonesia. Akib berhasil menggandengkan tiga penghargaan dalam waktu nyaris bersamaan pada tahun 2019. Pengerusi Biro Sosio Budaya dan Warisan DMDI, Tan Sri Prof. Datuk Wira Dr Abdul Latif Abu Bakar menegaskan, Akib diberikan penghargaan tersebut atas kesinambungan dan kesungguhannya di dalam meperjuangkan dan menwujudkan budaya dan tradisi bahasa dan sastra.
”Dia sudah terbukti di dalam DMDI memberikan perannya untuk kemajuan adat istiadat dan budaya Melayu yang kental bercorak keislaman. Nama dan karya Akib telah dibaca dan diketahui luas di DMDI,” ujarnya.
Hadir dan membuka konvensyen Menteri Agama RI H Fachrul Rozi. Dari Pengurus DMDI yakni Ketua Umum DMDI Indonesia H Herman Deru, Dewan Penasehat Syafaruddin dan dihadiri utusan Melayu Islam dari puluhan negara sedunia.
Juga dihadiri tokoh DMDI Prof. Dr. Tan Sri Abdul Latif Abubakar. Juga sejumlah gubernur yang antara lain Gubernur Kepulauan Riau H Isdianto dan Dekan FKIP UMRAH Dr.H. Abdul Malik M.Pd.
”Terimakasih Presiden Dunia Melayu Dunia Islam. Terimakasih DMDI Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Myanmar, China, Australia, Afrika dan DMDI-DMDI di seluruh dunia,” ujar Akib, kemarin.
Menurut Akib, menurut Presiden Sekretariat DMDI menegaskan penghargaan diberikan kepada beberapa tokoh adalah apresiasi terhadap masing-masing tokoh dalam perjuangan dan pengabdiannya untuk pemartan Melayu dan Islam.
Sementara itu, Menteri Agama RI Fakhrul Razi dalam sambutannya mengharapkan DMDI benar-benar membawa perubahan dan kemajuan DMDI dengan tujuan sehingga masyarakat semakin maju dan damai dalam rahmat Islam.
”Kepada para penerima penghargaan tentu diharapkan semakin menjadi tauladan di dalam masyarakat DMDI di seluruh dunia,” ujarnya.
Sebelumnya, Akib meraih Anugrah Jembia Emas 2019 yang ditaja Yayasan Jembia Emas. Akib menyisihkan 9 nama lain. Penganugerahan dilakukan dalam Festival Sastra Internasional Gunung Bintan tanggal 28 Oktober 2019.
Yayasan Jembia Emas sejak 2016 memberi penghargaan pada budayawan dan seniman pilihan. Tahun 2016 terpilih penyair Husnizar Hood. Tahun 2017 sejarawan Aswandi Syahri. Dan tahun 2018 terpilih budayawan Dr Abdul Malik M.Pd.
Akib sosok menarik. Birokrat penyair. Sehari hari menjabat Kadis Kominfo Tanjungpinang. Ia menggemari puisi sejak remaja. Asalnya dari Kelarik, Natuna. Akib sudah merantau ke Riau daratan ketika melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pekanbaru. Di sinilah, kepengarangannya mulai tumbuh-merekah. Ia menamatkan pendidikan di IAIN Susqa Pekanbaru.
Sempat mengisi acara Puisi dan Lagu setiap Sabtu di RRI Stasiun Pekanbaru (1987-1989), Akib juga mulai terlibat dalam dunia jurnalistik. Semula ia bergabung dengan mingguan Genta (1989), sebelum akhirnya pindah ke surat kabar harian milik grup Riau Pos (1989-1995).
Ia diangkat SK pengangkatan dirinya sebagai jadi guru SMP Negeri Midai di Pulau Natuna.
Dari Midai, Akib pindah mengajar ke SMP Negeri 4 Tanjungpinang di Pulau Bintan, sebelum ditunjuk sebagai Kasubdin Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang.
Karya-karya Raja Ali Haji memang menjadi roh kepengarangan Akib. Entah itu dalam bentuk cerpen, novel, puisi, esai, ataupun tulisan-tulisan lepas. Roh dalam berkarya mengusung konsep Melayu: menggembirakan dan (menjadi) rahmat bagi orang lain. Akib banyak menyerap unsur-unsur hikayat, dongeng, dan mantra dalam karyanya. (bas)