Tak Berkategori  

Era BBM Non Subsidi, Berawal dari Alternatif Jadi Pilihan

BATAM – Menjelang tahun 2020, Kota Batam, siap menjalani era baru dalam pemanfaatan energi berkualitas. Batam memberikan sinyal kesiapan, menghapus ketergantungan terhadap energi subsidi, premium dengan Ressearch Octane Number (RON) 88. Batam memasuki era energi berkualitas, RON 90 Pertalite yang hadir sejak tahun 2016 dengan pengguna yang terus meningkat. Ditambah jenis Pertamax RON 92 dan Pertamax Plus, RON 95.

Peralihan Batam ke era baru BBM, juga tercermin dari konsumsi Pertalite yang terus meningkat. Bahkan untuk Batam, konsumsi Pertalite sudah diatas Premium. Saat ini, Premium didistribusikan 460 kilo liter (kl) sedangkan Pertalite 620 kl pada akhir pekan. Pada hari kerja, distribusi Premium sekitar 354 kl, berada dibawah Pertalite 534 kl.

“Baik kalau Pertalite semua karena sebenarnya harga Premium dengan Pertalite sedikit saja. Tapi Pertalite lebih baik untuk mesin dan tak ada langka,” ungkap S Sitompul yang mengendarai mobil Suzuki, usai mengisi BBM jenis Pertalite di SPBU Sei Beduk, Batam, Minggu (3/11).

Diakui, gejolak soal BBM di Batam dua minggu lalu, karena jenis Pertalite sempat langka. “Selama ini juga gitu. Awalnya terpaksa ke Pertalite, karena Premium kosong, apa lagi Senin pagi. Tapi kita otomatis ke Pertalite. Lama-lama kita dengan sadar pakai Pertalite, karena mesin mobil juga terasa lebih ringan,” sambungnya.

Anggota Komisi II DPRD Batam, Udin P Sihaloho yang membidangi ekonomi, keuangan, industri dan perdagangan, menilai jika penggun kendaraan, terutama yang
Konsumsi BBM jenis Pertalite yang beralih dari Premium direspon dan didukung. Ia selama ini mengaku menggunakan Pertamax Plus.

“Baik jika penggunaan Pertalite meningkat. Itu baik untuk kendaraan dan itu mengurangi beban negara untuk subsidi BBM. Sehingga pemerintah mengalihkan subsidi dari BBM ke bidang lain. Baik subsidi sembako dan perumahan. Harganya juga hanya selisi seribuan” ungkap Udin.

Hal lain yang dinilai Udin mendukung Batam memasuki era BBM berkualitas dan tanpa subsidi, karena kendaraan meningkat dengan jenis baru. Mulai dari kendaraan roda dua dan empat. Kondisi itu menjadi cermin daya beli masyarakat yang meningkat. Selain itu juga untuk menjaga kendaraan lebih awet.

“Tapi BBM subsidi belum bisa dihapus sama sekali. Karena nelayan, lembaga sosial, sekolah dan lainnya masih membutuhkan. Hanya perlu pengawasan lebih baik,” kata Udin.

Peningkatan jumlah kendaraan dan himbauan menggunakan BBM non subsidi, disampaikan Polda Kepri. Dimana, jumlah kendaraan di Batam yang signifikan, dan berpengaruh pada peningkatan konsumsi BBM subsidi. Dirreskrimsus Polda Kepri Kombes Pol Rustam Mansur mewakili Kapolda Kepri, mengatakan, per bulan kendaraan di Batam, khususnya mobil tumbuh sekitar ‎2ribu unit.

Peningkatan jumlah kendaraan menjadi salah satu indikasi peningkatan kehidupan masyarakat. Sehingga dia juga mendorong masyarakat untuk mengunakan BBM non subsidi. Himbauan menggunakan BBM non subsidi. Baik dengan Pertamina, Dinas Perindustrian Perdagangan Bata, Dinas Perikanan, Dinas Pangan dan Dinas UMKM Batam.

“Termaksud kita sudah bicarakan dengan Dinas Sosial. Dinsos mengutus Kabid Fakir Miskin. Kita ajak masyarakat gunakan BBM non subsidi,” himbaunya.

Kesiapan Batam memasuki era BBM berkualitas tercermin dari sejumlah SPBU di Batam. Dibeberapa SPBU di Batam, tulisan premium dibawah atap SPBU di Batam, sudah berganti dengan jenis lain. Ada yang diganti tulisan Solar, Pertalite dan Pertamax Turbo dan lain. Namun, untuk dispenser BBM, tetap menyediakan BBM subsidi jenis premium.

Peralihan BBM non subsidi juga didukung Wali Kota ex officio Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, HM Rudi. Dia mendorong masyarakat untuk beralih ke non subsidi. Selain harganya hanya beda sedikit, juga untuk menekan kelangkaan BBM.

“Kalau kita semua mengejar subsidi, akan terjadi kelangkaan. Beli lah BBM non subsidi,” himbau Rudi.

Dinilai Rudi, peralihan ke BBM non subsidi dinilai akan membawa masyarakat lebih aman dan tidak mengalami kelangkaan. Dia tidak mempermasalahkan peralihan dari BBM subsidi ke non subsidi.

“Pertamina melakukan transformasi dari premium ke non subsidi, tidak masalah. Tapi jangan sampai langka lagi BBM (non subsidi)-nya,” himbau Rudi.

  • Kartu Kendali untuk Warga Tertentu

Khusus untuk warga kurang mampu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Batam, menyiapkan fuel card. Fuel card sebagai kartu kendali ini sebelumnya sudah pernah diterapkan sekitar tahun 2014, dalam upaya mengatasi penyimpangan penggunaan BBM jenis solar. Namun kemudian tidak berjalan efektif, setelah selisih antara solar subsidi dan non subsidi tidak sampai Rp2ribu.

“Sekarang kita siapkan langkah untuk pembatasan lewat fuel card. Kita kerjasama dengan beberapa dinas. Dinsos terkait yayasan, vihara, masjid, gereja dan nelayan,” kata Kadisperindag Batam, Gustian Riau.

Disebutkan, khusus Dinas Perhubungan, Dinas Kelautan dan Dinas Ketahanan Pangan, terkait kelompok, kapal-kapal dipulau dan lainnya.

“Kami sudah melakukan terobosan terkait ini. Mudah-mudahan awal awal tahun 2020, alat kontrol penyaluran BBM subsidi, termaksud premium,” imbuh Gustian.

Marketing Branch Manager Pertamina Wilayah Kepri, Awan Raharjo saat rapat dengar pendapat dengan Komisi II DPRD Batam menyampaikan, jika fuel card sudah diberlakukan di Tanjungpinang. “Langkah ini dilakukan agar subsidi tepat sasaran,” ungkap Awan.

Disisi lain disampaikan jika pihaknya masih diberi tugas untuk mendistribusikan Premium. Demikian, pihaknya juga berkewajiban untuk mengedukasi masyarakat tentang penggunaan bahan bakar yang lebih baik.

“Seperti kita ketahui, oktan di premium itu berada diangka 88. Itu oktan terendah. Dari sisi pembakarannya di mesin kendaraan, berdampak pada mesin kendaraan “menggelitik’ atau ‘nocking’ dan pada tahap tertentu akan menyebabkan kerusakan dinmesin kendaraan,” jelas Awan.

Disebutkan, dengan pembakaran yg tidak sempurna juga menimbulkan emisi kendaraan yang lebih besar dan sangat berbahaya terhadap lingkungan atau polusi. Karena itu, pihaknya mengajak masyarakat untuk bahan bakar yang berkualitas.

“Kami berterima kasih karena didukung Wali Kota Batam dan anggota DPRD Batam,” ujar dia.

Diyakini Awan, pabrik kendaraan motor juga sudah merekomendasikan Premium, Pertamax dan jenis BBM oktan 90 keatas.

“Saya yakin, saat ini sudah tidak ada lagi kendaraan yang dikeluarkan oleh pabrik Kendaraan bermotor yang merekomendasikan menggunakan BBM yang beroktan dibawah 90,” imbuhnya.

Penerimaan masyarakat Batam atas BBM non subsidi diakui Unit Manager Communication, Relation and CSR MOR I Roby Hervindo, berangkat dari data yang dimiliki pihaknya. Dimana, masing-masing SPBU di Batam, mendapat premium lebih dari 350 ribu liter dan pertalite lebih dari 530 ribu liter.

“Rata sales premium dan pertalite hanya 750kl perhari. Seperti contoh, Sabtu (5/10/2019) jumlah pendistribusian premium mencapai 460 Kl dan Pertalite 620 kl, Minggu libur, dan Senin (7/10/2019) jumlah pendistribusian premium mencapai 354 kl dan pertalite 534 kl,” imbuhnya mengakhiri.(mbb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *