Ketua TP-PKK Kepri Kunjungi Daerah Penghasil Songket Anambas
Ketua TP-PKK Provinsi Kepri Hj. Rosmeri Isdianto berharap kerajinan kain songket tetap ada di Kabupaten Kepulauan Anambas. Bahkan, jadikan salah satu desa di sana jadi kampung tenun.
ANAMBAS – Sangat disayangkan jika songket yang menjadi pelengkap pakaian khas Melayu hilang di bumi Melayu.
”Saya pernah dapat laporan bahwa di Anambas tidak ada lagi pengrajin kain songket, saya sempat khawatir karena kain khas ini akan hilang di tanah Melayu. Namun saya bersyukur hari ini karena ternyata informasi tersebut tidaklah benar,” kata Rosmeri saat melakukan Peninjauan Rumah Tenun Songket Mak Teh di KelurahanTarempa, Kecamatan Siantan, Kabupaten Kepulauan Anambas, Selasa (8/10) kemarin.
Kepada Mak Teh, Rosmeri berpesan agar rumah tenun ini harus tetap ada, bahkan bertransformasi menjadi Kampung Tenun. Filosofinya kata kampung berarti lebih banyak orang yang akan terlibat dalam pembuatan kain songket sehingga mempermudah dalam memenuhi permintaan pemesan.
”Buat kain songket ini lama loh, untuk satu kain mungkin membutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan tergantung motif dan permintaan pemesan. Oleh karena itu jika hanya mengandalkan 2 pengrajin sepertinya sulit berkembang. Ibu harus libatkan masyarakat sekitar, berdayakan mereka agar turut serta menenun kain songket,” usul Rosmeri.
Rosmeri bercerita bahwa pada suatu kesempatan dirinya pernah berkunjung ke Pontianak. Di salah satu kampung ditemukannya bahwa semua warganya adalah penun kain sehingga disebut dengan kampung tenun.
”Saya yakin di bawah binaan Mak Teh rumah tenun ini bisa berkembang hingga menjadi Kampung Tenun yang akan memberikan banyak manfaat berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat kampung sekitar. Saya doakan semoga tahun depan bisa terwujud,” harap Rosmery Isdianto.
Untuk mengembangkan produk lokal berupa kain khas dari masing-masing daerah khususnya Anambas, Hj. Rosmery pada kesempatan ini juga memberikan masukan bagaimana cara pemasaran produk agar bisa diketahui, dikenal dan dibeli oleh peminat kain songket.
Dalam hal promosi, Pemerintah Daerah harus terlibat untuk mengenalkan produk lokal kepada pasar. Caranya dengan memaksimalkan keberadaan Dekranasda.
Jadi Dekranasda itu harus punya toko, minimal di pusat pemerintahan untuk menampilkan karya-karya produk lokal sehingga paling tidak diketahui oleh pasar bahwasanya kita punya produk sendiri berupa kain songket.
”Syukur-syukur bisa dilihat dan dibeli oleh wisatawan mancanegara yang kebetulan berwisata di Anambas. Selain itu, rajin-rajinlah ikut pameran ke luar daerah sehingga produk kita tidak hanya dikenal di Kepri nun juga dikenal dengan skala Nasional bahkan Internasional,” jelasnya.
Sebagai Ketua TP-PKK Provinsi Kepri, dirinya juga menyatakan kesiapannya untuk membantu mempromosikan produk lokal Kepri termasuk songket Anambas ini agar bisa dikenal oleh masyarakat luas.
”Baru-baru ini saya dapat telpon teman dari Jakarta, kalau dia mau buka gallery. Mana tahu kita bisa taruh produk kita disana untuk display yang menunjukan bahwa produk ini ada dan diproduksi di Kepri. Kita berharap paling tidak produk kita dikenal dulu oleh masyarakat luar,” tuturnya.
Rosmeri juga mengusulkan agar menjadi produk lokal unggulan haruslah memiliki ciri khas tersendiri dengan motif yang bisa diangkat dari kearifan lokal. Selan itu motif tersebut haruslah dipatenkan agar tidak diklaim atau dicuri oleh daerah lain.
Kalau Natuna motif daun sirihnya sudah dipatenkan. Kalau Anambas kan penghasil cengkih. Mungkin dengan sedikit modifikasi agar motif cengkih bisa jadi ciri khas songket anambas, setelah itu harap dipatenkan.
Biasanya usaha yang mempunyai produk yang telah dipatenkan mendapatkan kemudahan akses untuk perbankan. Kemudahan ini semoga bisa menjadi daya dorong agar daerah bisa bangkit menuju sejahtera,” kata Rosmeri.(MARTUNAS-SUHARDI)