Tak Berkategori  

Asa untuk Pengganti Jakarta

Oleh: Ahmad Kholikul Khoir
Mahasiswa Mahasiswa Psikologi sekaligus Awardee Hafidz Al-Quran 30 Juz di Universitas Islam Indonesia.

Beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi menyampaikan dalam pidato kenegaraanya bahwa ibu kota Indonesia akan dipindahkan ke Kalimantan Timur, tepatnya di sebagian wilayah Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara.

Sebagai ibu kota negara, tentunya Kalimantan timur akan memberikan pengaruh yang signifikan bagi kota-kota lain di Indonesia. Kota-kota lain setidaknya akan menjadikan Kalimantan timur sebagai kota panutan bagi mereka. Pasalnya, kota besar, hingga negara besar seringkali menjadi barometer bagi yang lainya. Untuk itu, karakter kota terbaik harus dimilikinya.

Sebagai generasi millennial, penulis mempunyai beberapa harapan agar ibu kota baru mampu menjadi kota terbaik di Indonesia, bahkan dunia. Pertama, adanya Monument nasional (Monas). Dalam hal ini, bukan berarti memindahkan Monas dari Jakarta ke Kalimantan. Namun menciptakan monument nasional baru yang dapat merepresentasikan kepribadian bangsa Indonesia. Misalnya membuat “Monument Kebhinekaan”. Sebagaimana kota terbaik di dunia (2018) dengan menara eifel-nya, dan kota terbaik di dunia (2019) dengan patung liberty-nya. Harapanya, monument tersebut dapat menjadi penguat sikap toleransi masyarakat.

Kedua, memiliki jalur sepeda. Ibu kota harus mempunyai jalur khusus yang memisahkan antara pengguna sepeda dengan kendaraan bermotor, agar keselamatan para pengguna sepeda dapat terjamin. Selain manfaat keamanan (safety), penggunaan sepeda juga dapat menghemat energi, serta meminimalisir tingkat pencemaran udara (polusi) di lingkungan ibu kota. Sehingga kesehatan masyarakat tidak terganggu.

Ketiga, adanya infrastruktur kesenian. Selain menggenjot pembangunan fisik, pemerintah juga perlu memperhatikan dimensi ruh (baca: kesenian) pada ibu kota yang baru. Ibarat sebuah lukisan bagus, selain memperhatikan nilai estetika, idealnya lukisan juga harus berjiwa. Karena selain menjadi pusat administrasi negara, ibu kota juga merupakan etalase negara. Supaya martabat Indonesia sebagai bangsa dan negara dimata dunia tidak dipandang sebelah mata.

Keempat, memperkuat Perda pengolahan sampah. Pemindahan ibu kota ke Kalimantan, tentunya akan menjadi pemantik api urbanisasi dan investasi. Pasalnya, ibu kota akan menjadi lajur utama pembangunan dan pusat perekonomian negara. Meskipun begitu, hal tersebut kerapkali memicu masalah baru; pencemaran lingkungan. Sehingga perlu adanya regulasi yang kuat agar sampah dan limbah industri dapat terkelola dengan baik, agar keadaan ibu kota lama (Jakarta) tak terjadi pada ibu kota baru.

Kelima, memperbanyak institusi pendidikan. Di masa pemerintahan (2014-2019), Presiden Jokowi telah berusaha keras agar pembangunan Indonesia tidak lagi bersifat Jawa-sentris, namun bersifat Indonesia-sentris. Meskipun begitu, tidak banyak dari pembangunan tersebut yang menyentuh area pendidikan, terkhusus wilayah Indonesia timur (Kalimantan). Padahal, untuk menghadapi peristiwa urbanisasi mendatang, perlu adanya banyak institusi pendidikan. Akhirnya, anak para pendatang (urban) dan pribumi dapat menikmati pendidikan yang baik.

Keenam, menjadi pusat kebudayaan. Selain menjadi pusat pemerintahan, ibu kota harus mampu menjadi pusat kebudayaan. Sebagaimana visi presiden Joko Widodo dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Dimana terkandung di dalamnya; menjadikan Indonesia sebagai pusat peradaban dan kebudayaan dunia pada 2085. Maka kemudian, penting kiranya Indonesia memiliki pusat kebudayaan yang terletak di ibu kota, agar visi tersebut dapat terealisasi dengan tepat.

Pada akhirnya, penulis berharap pemerintah berkenan menerima pelbagai saran ini. Selain itu, penulis juga sangat mengapresiasi usaha-usaha pemerintah untuk memajukan Negara ini. Semoga diberi kelancaran dalam membangun peradaban Indonesia. Semoga. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *