Biasanya, harga sayuran yang mahal menjadi salah satu penyumbang inflasi di Batam dan Tanjungpinang. Beda dengan Agustus lalu, Batam dan Tanjungpinang mengalami deflasi. Salah satu penyebabnya adalah karena harga bakan makanan turun.
BATAM – Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepri, ada beberapa jenis harga bahan makanan yang turun di Tanjungpinang hingga menyebabkan deflasi.
Jenis komoditi penyumbang deflasi Tanjungpinang Agustus lalu yakni, angkutan udara -0,24. Kangkung -0,1. Sawi hijau -0,07. Cabai rawit -0,05. Bawang merah -0,04. Kajang panjang -0,04 dan lainnya.
Jenis komoditi penyumbang deflasi Batam Agustus lalu yakni angkutan udara -0,59. Bayam -0,46. kacang panjang -0,2. Sawi hijau -0,08. Kangkung -0,07. Tomat sayur -0,04. Selar -0,02 dan lainnya.
Pada Agustus 2019, Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kepri di Kota Batam dan Kota Tanjungpinang menunjukkan deflasi sebesar 0,80 persen. Deflasi terjadi karena penurunan IHK dari 139,75 di bulan Juli 2019 menjadi 138,63 di Agustus 2019.
Inflasi tahun kalender (Januari-Agustus 2019) sebesar 1,56 persen. Inflasi tahun ke tahun (Agustus 2019 terhadap Agustus 2018) sebesar 3,23 persen.
”Dari dua kota IHK di Provinsi Kepri, tercatat Kota Batam dan Kota Tanjungpinang mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,86 persen dan 0,38 persen,” ujar Zulkipli, Kepala BPS Provinsi Kepri dalam pres rilisnya yang diterima redaksi koran ini, baru-baru ini.
Dilihat dari kelompoknya, deflasi yang terjadi di bulan Agustus disebabkan turunnya indeks dua kelompok yaitu kelompok bahan makanan turun sebesar 2,77 persen dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan turun sebesar 2,63 persen.
Sebaliknya terdapat lima kelompok yang mengalami kenaikan indeks harga yaitu kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 3,66 persen, kelompok sandang naik sebesar 1,44 persen.
Kelompok kesehatan naik sebesar 0,34 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,14 persen serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar naik sebesar 0,03 persen.
Dari 23 kota IHK di Sumatera, tercatat 15 kota mengalami deflasi dan delapan kota yang mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Metro sebesar 0,41 persen dan inflasi terendah terjadi di Kota Banda Aceh sebesar 0,07 persen.
Kota yang mengalami deflasi tertinggi adalah Kota Bengkulu dan Kota Batam sebesar 0,86 persen dan deflasi terendah Kabupaten Lubuklinggau sebesar 0,07 persen.
Kota Batam dan Kota Tanjungpinang menduduki peringkat ke-2 dan ke-7 dari 15 kota yang mengalami deflasi di Sumatera.
Selanjutnya bila dilihat dari 82 kota IHK, tercatat 44 kota mengalami inflasi dan 38 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Kudus sebesar 0,82 persen dan inflasi terendah terjadi di Kota Tasikmalaya, Madiun, dan Pare-pare sebesar 0,04 persen.
Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Kota Bau-bau sebesar 2,10 persen dan deflasi terendah terjadi di Kota Tegal dan Palopo 0,02 persen. Kota Batam dan Kota Tanjungpinang dari 38 kota yang mengalami deflasi se-Indonesia menduduki peringkat ke-5 dan ke-14.
Dari 339 komoditas yang menyusun inflasi Kota Batam, 84 komoditas mengalami kenaikan harga dan 38 komoditas mengalami penurunan harga.
Sedangkan untuk Kota Tanjungpinang, dari 341 komoditas yang menyusun inflasi, sebanyak 55 komoditas mengalami kenaikan harga dan 38 komoditas mengalami penurunan harga.
Penurunan indeks kelompok bahan makanan merupakan akibat turunnya indeks harga pada tiga subkelompok yaitu: subkelompok sayur.(MARTUA)