Catatan Politik Robby Patria
Kisah masa lalu ada baiknya dikenang sebagai pedoman untuk melanjutkan langkah ke masa depan. Namun kalau kisah kurang baik, maka harus dilupakan menjadi pelajaran menatap masa depan.
Dua tokoh yang disebut sebut akan mengikuti pilkada Kepri tahun 2020 adalah tokoh terkemuka. Mereka berdua memiliki kisah romantisme yang melekat bagi pendukungnya. Apalagi yang pernah dibesarkan oleh keduanya. Namun ada juga yang menganggap itu kisah lama dengan situasi yang tak mungkin terulang lagi.
Ya, keduanya pernah berjaya di zamannya. Dan keduanya pernah mengalami masa masa pahit juga. Huzrin Hood tercatat sebagai pejuang pembentukan Provinsi Kepri yang masuk penjara karena dana APBD Kabupaten Kepri ketika itu ada digunakan untuk perjuangan memisahkan Kepri dari Provinsi Riau. Ia berkurban uang, jiwa dan raga demi daerah ini. Walaupun caranya salah. Tanpa Huzrin bisa saja kita belum punya gubernur sendiri.
“Robin Hood” kecil dari Karimun harus membayar mahal ratusan hari tidur di ruang sempit. Provinsi Kepri disahkan dengan cara yang tidak biasa. Sedikit paksaan. Karena Riau tidak setuju Kabupaten Kepri memisahkan diri. Gubernur Riau Saleh Djasit masih sayang dengan Kepri ketika itu. Bahkan beberapa pejabat di Kepri saat ini disinyalir ikut serta di kubu Saleh. Menolak pemekaran. Kini mereka pun menikmati hasil perjuangan “berdarah darah” itu. Ada yang jadi anggota DPRD ada juga jadi kepala daerah.
Ismeth Abdullah adalah gubernur pertama Provinsi Kepri yang masuk penjara karena kesalahan dia menyetujui proyek pengadaan mobil Damkar di Batam saat menjadi Ketua Otorita Batam saat itu. Ia meletakkan fondasi pembangunan provinsi baru. Pengalaman memimpin Otorita Batam lebih dari 10 tahun membuat Ismeth piawai membangun. Ia sekelas menteri, ya. Pengganti BJ Habibie guna mengembangkan Batam.
Kota yang dulunya banyak hutan belantara. Kini menjadi kota transit berpengaruh di Indonesia. Wisatawan asing ke kota ini tercatat nomor tiga terbanyak setelah Bali, Jakarta. Karya Ismeth di antaranya kantor gubernur, jalan, koneksi daerah, jembatan, masjid, adalah mahakarya gubernur pertama itu. Yang dibangun secara fisik di awal pemerintahnnya harus diakui lebih banyak terasa dibandingkan dengan gubernur setelahnya. Ismeth kerja keras menata bagaimana mana menjadi daerah baru yang maju. Ya, pertumbuhan ekonomi Kepri melejit di atas 6 persen.
Dan keduanya berencana ikut kembali merebut tampok pimpinan daerah ini. Dengan kondisi banyaknya pemilih melenial yang mendekati 45 persen didata pemilu 2019, tentu kenangan masa lalu kejayaan kedua tokoh ini hampir tidak diketahui secara mendalam oleh calon pemilih.Pemilih milenial lebih familiar dengan calon muda yang mereka anggap dapat membawa perubahan.
Tapi tak ada pemilih milenial yang berencana ikut. Apakah karena sudah takut dengan yang tua. Atau juga karena segan. Lihat Macron, di usia 39 jadi Presiden Prancis termuda setelah Napoleon Bonaparte di 1848.
Macron lebih muda setahun dari Napoleon Bonaparte. Sedangkan calon yang sudah berumur di atas kepala enam dianggap sudah masa lalu. Inilah tantangan kedua calon untuk meyakinkan kesalahan masa lalu menjadi pelajaran untuk menatap masa depan. Jika keduanya tak mampu meyakinkan pemilih soal kenangan masa lalu, tentu itu menjadi hambatan atau kelemahan untuk memasarkan kedua tokoh penting bagi Kepulauan Riau itu. Perjuangan untuk meyakinkan pemilih milenial yang banyak tentu tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan dalam waktu singkat.
Perlu kerja politik yang berkelanjutan, terkelola dengan baik-baik melalui media sosial dan media mainstream. Agar citra sebagai tokoh impian mampu membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat Kepri menjadi terlihat yakin. Masyarakat Kepulauan Riau tentu saja masih merasakan kekecewaan yang mendalam karena gubernur nonaktif Nurdin Basirun ditangkap KPK yang disangkakan pasal gratifikasi dan dugaan suap perizinan.
Dan kasus ini berkembang lagi ke dugaan kasus dugaan suap untuk jabatan Organisasi Perangkat Daerah. Nurdin mungkin saja khilaf.
Rasa itu tentu tak mudah untuk diobati. Maka, pemilih yang kebanyakan dari generasi milenial pasti ingin mencari sosok pemimpin yang mereka anggap jauh dari kenangan hitam masa lalu. Tak ada dosa – dosa masa lalu yang jadi beban.
Tapi jika kedua sosok Huzrin dan Ismeth memiliki kemampuan meyakinkan pemilih soal masa lalu mereka hanyalah jejak langkah suram dan berjanji di usia senja mereka akan mengabdi untuk daerah ini, bukan tidak mungkin itu menjadi nilai jual yang luar biasa.
Bukankah kematian dilihat di akhir hayatnya. Bukan di awal atau pun masa tengah kehidupan. Kalau di akhir hayatnya mati dalam keadaan baik, maka bisa jadi kematian yang diidamkan. Masuk surga. Sebuah hadits Anas bin Malik yang diriwayatkan Imam Ahmad yang menunjukkan tentang husnul khotimah pada seorang hamba, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Allah akan membuatnya beramal.” Para sahabat bertanya; “Bagaimana membuatnya beramal?” beliau menjawab: “Allah akan memberikan taufiq padanya untuk melaksanakan amal shalih sebelum dia meninggal.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Kedua tokoh ini tak diragukan dalam kapasitas dan jaringan nasional maupun internasional untuk membangun Kepulauan Riau. Daerah yang berbatasan dengan negara tetangga, tentu dipimpin oleh gubernur yang memilki jam terbang terbang tinggi. Tak bisa negeri ini dipimpin mereka yang baru akan mencoba terbang.
Karena akan jatuh diterpa angin Laut China Selatan yang kencang. Gubernur harus yang sudah teruji dari sisi kemampuan manajemen tata kelola pemerintahan yang baik. Sehingga keyakinan stakeholder untuk menanamkan investasi tanpa keraguan. Tentu kita bukan sedang main – main dalam mencari pemimpin. Karena jika kita main- main, nasib kesejahteraan masyarakat Kepri sebanyak hampir 2 juta orang dibuat main – main.
Dan kita tidak ingin itu terjadi lagi. Karena jangan mau terus dibuat permainan. Harus serius. Karena hidup ini memang permainan atau sendagurau belaka di dunia untuk menuju kehidupan abadi di akhirat.
Lebih jelas, simak saja lagu Panggung Sandiwara karya God Bless.
Dunia ini panggung sandiwara
Cerita yang mudah berubah
Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar ada peran berpura pura.
Semoga saja mereka yang akan menjadi pemimpin bukan sedang mamainkan peran. Tapi sebuah ketulusan untuk ikut berperan membangun negeri ini.***